TATA BAHASA
DAERAH NIAS
Sebuah
hasil pengamatan
terhadap
bahasa daerah Nias
dari
segi struktur
Bagian pertama memuat 10 jenis kata
Bagian kedua memuat imbuhan
Bagian ketiga memuat bentuk kalimat
ditulis oleh
Pdt.
Dal.Zendratö,STh.
KATA PENGANTAR
Pada tahun 1996 saya sudah
menulis buku berjudul “PENGANTAR TATA BAHASA DAERAH NIAS” sebanyak tiga jilid,
sebagai edisi percobaan untuk kalangan sendiri. Tetapi setelah kembali
mengamati dan merenungkan struktur bahasa daeran Nias, maka saya berpikir ada
baiknya saya menyempurnakan kembali buku tersebut.
Pada tahun 2005 kembali saya
menyempurnakan buku tersebut dengan menggabungkan ketiga jilidnya. Maka
lahirlah buku ini yang saya beri judul “TATA BAHASA DAERAH NIAS - sebuah hasil
pengamatan terhadap bahasa daerah Nias dari segi struktur.”
Saya bermaksud untuk menulis hasil
pengamatan saya bertahun-tahun melayani Gereja dalam bahasa Nias dan mengikuti
percakapan-percakapan adat pada pesta kawin. Dialek yang saya pergunakan ialah
dialek yang sudah ada dalam literature Gereja dalam bahasa daerah Nias al.
SOERA NI’AMONI’Ö.
Tujuan saya menulis buku ini ialah
mengatasi hilangnya bahasa daerah Nias pada suatu saat kelak di kemudian hari.
Kemudian membantu orang yang melayani dalam bahasa daerah Nias. Di samping itu
saya bermaksud melestarikan kebudayaan Nias dari segi sastra.
Akhir kata pepatah mengatakan “tak ada
gading yang tak retak.” Demikianlah tulisan saya ini pasti banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh sebab itu saya tetap menunggu kritik yang sehat dan membangun untuk penyempurnaan pada masa
yang akan datang. Ya’ahowu!
Gunungsitoli, 20 Juni 2005
Penulis
Pdt.Dal
Zendratö,STh
Pendahuluan
Setiap bahasa di dunia ini
mempunyai bentuk dan kerumitan tersendiri. Sehingga setiap kali menterjemahklan
satu bahasa ke bahasa yang lain dibutuhkan kemampuan menafsir. Sebab ada saja
kata dari bahasa yang satu mempunyai
terjemahan lebih dari satu kata dalam bahasa yang lain dan begitu juga
sebaliknya. Demikian selanjutnya, bahwa tidak cukup modal penterjemah bila
sudah memiliki kosa kata tanpa diikuti dengan struktur bahasa baik dari bahasa
yang diterjemahkan maupun untuk bahasa terjemahan.
Sungguh bukan kebanggaan bila seseorang
banyak dibumbui kerancuan bahasa bila ia mempergunakan bahasanya sendiri. Juga
bukan kebanggaan bagi seseorang bila ia rajin memakai kata dari bahasa lain,
walaupun sebenarnya kata tersebut masih ada padanannya dalam bahasanya sendiri.
Oleh karena memperhatikan hal seperti itu,
maka saya menulis sebuah buku berjudul “Tata Bahasa Daerah Nias - sebuah hasil
pengamatan terhadap bahasa daerah Nias dari segi struktur.” Tulisan ini
saya bagi tiga bagian yaitu
1.
Bagian pertama menguraikan tentang jenis kata yang
berpedoman pada pembagian jenis kata menurut Aristoteles. Dalam bagian ini
diuraikan kekhususan dan kerumitan yang dapat ditemukan bila belajar bahasa
daerah Nias. Sebagai contoh yaitu kata benda dalam bahasa Daerah Nias mempunyai
bentuk kedua; kata kerja sering melekat pada subjek sehingga dibutuhkan awalan
dan akhiran pelaku; kata sifat dapat berobah menjadi kata keterangan dan sebaliknya;
kata bilangan memiliki imbuhan dan penghubung dan lain sebagainya.
2.
Bagian kedua menguraikan tentang imbuhan dan bentuk
kata yang dihasilkan oleh imbuhan tersebut . Kadang-kadang imbuhan yang
terdapat dalam bahasa daerah Nias dapat disepadankan dengan imbuhan yang
terdapat dalam bahasa Indonesia,
tetapi kadang-kadang pula tidak dapat disepadankan. Sehingga pada akhirnya penulis
mengambil kesimpulan. Bahkan lebih tepat
mempelajari bahasa daerah Nias dari bentuk kata dari pada imbuhan.
3.
bagian ketiga memuat tentang kalimat, baik polanya
maupun bentuk kata yang terdapat dalam kalimat tersebut. Kalimat dalam bahasa
daerah Nias sangat ditentukan oleh kedudukan kata benda dan bentuk kata kerja.
Pola kalimat bahasa daerah Nias sulit disepadankan dengan pola kalimat bahasa Indonesia. Sebagai contoh, bahasa
Indonesia pada umumnya dimulai dengan
Pokok Kalimat (subjek). Tetapi bahasa daerah Nias umumnya dimulai dengan Sebutan (predikat). Kalaupun dapat
dimulai dengan pokok kalimat, tetapi kata kerja tersebut memakai awalan pelaku atau akhiran pelaku.
Contoh kata kerja yang dapat
dilihat dari segi bentuk.
Kata kerja tunu yang menerima awalan a-
atau awalan ma-
Kata kerja
|
Terejemahan
|
Bentuk
|
01. tunu
|
Bakar
|
k. kerja primer
|
02. anunu
|
Membakarlah
|
k.kerja imperatif
|
03. manunu
|
Membakar
|
k. kerja aktif
|
04. mutunu
|
Dibakar
|
k. kerja pasif
|
05. sanunu
|
yang membakar
|
partisipel aktif
|
06. nitunu
|
yang dibakar
|
partisipel pasif
|
07. fatunu’ö
|
suruh baker
|
Kausatif
|
08. mamatunu’ö
|
Menyuruh bakar
|
kausatif aktif
|
09. mufatunu’ö
|
disuruh bakar
|
kausatif pasif
|
10. samatunu’ö
|
yang
menyuruh bakar
|
participle
kausatif aktif
|
11. nifatunu’ö
|
Yang
disuruh bakar
|
partisipel
kausatif pasif
|
12. tutunu
|
bakar berulang kali
|
-
|
13. fatutunu’ö
|
Suruh
bakar berulang kali
|
-
|
14. mamatutunu’ö
|
menyuruh
bakar ber-ulang kali
|
-
|
15. mufatutunu’ö
|
disuruh
bakar ber-ulang kali
|
-
|
16. samatutunu’ö
|
yang
menyuruh bakar ber-ulang kali
|
-
|
17. nifatutunu’ö
|
yang
disuruh bakar berulang kali
|
-
|
18. fatunusa
|
Saling membakar
|
Resiprok
|
19. fanunu
|
Pembakaran
|
-
|
20. tunufö
|
Sudah
dapat dibakar
|
-
|
Demikianlah sekedar contoh bentuk
kata kerja yang dapat ditemukan dalam bahasa daerah Nias.
Pada akhirnya saya mengakui, bahwa tulisan
ini jauh dari sempurna, karena pepatah mengatakan “tidak ada gading yang tak
retak.” Saya berprinsip lebih baik membuat sesuatu yang kurang sempurna dari
pada tidak melakukan apapun. Harapan saya, yaitu pasti lebih baik pada penulis
yang akan datang.
Gunungsitoli, Nopember 1997
Pdt.
Dal.Zendratö,STh.
║
BAGIAN PERTAMA
JENIS KATA
║
PEDOMAN JENIS KATA
YANG DIPERGUNAKAN
Untuk memudahkan penelusuran
jenis kata dalam bahasa daerah Nias, maka saya memedomani pembagian kata
menurut temuan Aristoteles. Pembagian inilah yang saya pergunakan untuk
menguraikan jenis kata yang terdapat dalam bahasa daerah Nias.
Pembagian tersebut adalah sebagai
berikut.
01. Nomina
– kata benda
02. Verba -
kata kerja
03. Adiectiva
– kata sifat
04. Pronomina
– kata ganti
05. Numeralia
– kata bilangan
06. Adverbia -
kata keterangan
07. Coniunctio
– kata sambung
08. Praepositio
– kata depan
09. Articula
– kata sandang
10. Interjectio
– kata seru
KEKHUSUSAN EJAAN
BAHASA DAERAH NIAS
Untuk kelancaran penulisan dan
pembacaan bahasa daerah Nias, maka terlebih dahulu saya perkenalkan kekhususan
dalam penulisan dan pembacaa ejaan yang terdapat dalam bahasa daerah Nias.
Kekhususan tersebut ada tiga yaitu.
- Vokal Ö, ö diucapkan seperti bunyi e dalam kata emas, tegas dan tepat dalam bahasa Indonesia. Bahkan lebih tegas lagi dari bunyi e pepet, terutama dalam awal kata.
- konsonan W, w diucapkan sama seperti bunyi W, w dalam kata tut wuri handayani atau Sri Wulan. Oleh sebab itu bunyi W, w yang sama bunyinya dengan W, w dalam kata waktu dalam bahasa Indonesia, ditulis dengan memberi tanda di atas huruf W, w tersebut seperti ini. Ŵ, ŵ. Jadi harus dibedakan W dengan Ŵ dan w dengan ŵ. Contoh bawa = mulut. Sedangakn baŵa = bulan. Pemilihan tanda ini terjadi karena bunyi W, w dalam bahasa Nias jauh lebih banyak jumlahnya dibanding dengan bunyi Ŵ, ŵ. Sehingga pilihan yang diberi tanda jatuh pada Ŵ, ŵ yang sedikit jumlahnya.
- Koma diatas (‘) sebelum vocal sangat menentukan, untuk membedakan bunyi dari vocal tersebut. Kalau ada tanda koma di atas (‘), maka vocal tersebut harus dibunyikan seperti bunyi pada awal kata. Kalau terdapat vocal dalam kata di luar awal kata yang tidak memakai tanda (‘) maka vocal tersebut dbunyikan seperti bunyi diftong.
Contoh :
E’e = kekek. Ucapan e kedua itu sama dengan ucapan e pada awal kata.
I’a ia i’a = dia dimakan ikan
I’a . a diucapkan seperti a pada awal kata.
Ia.
A diucapkan diftong atau seperti a
pada kata ialah.
- KATA BENDA
(Nomina)
Bahasa daerah Nias tidak mengenal
kata benda dalam bentuk tunggal dan jamak, jenis kelamin dan dualis. Namun
demikian, kata benda dalam bahasa daerah Nias mengalami perobahan bentuk
menurut kedudukan kata benda tersebut dalam kalimat.
Perubahan kata benda tersebut dapat kita
sebut dengan bentuk pertama dan bentuk kedua. Contoh
Bentuk pertama Bentuk kedua terejamahan
1. banio - mbanio - kelapa
2. asu - nasu - anjing
3. kara - gara - batu
Kedudukan yang dimaksud di atas
adalah sebagai berikut.
Bentuk pertama dipakai bila kata benda itu
1. berkedudukan sebagai objek
pelaku (dalam kalimat pasif)
Contoh : Igohi manu asu = Ayam dikejar anjing
Igohi = dia kejar
manu = ayam
asu = anjing
I dalam kata “Igohi” adalah awalan pelaku orang
ketiga tunggal.
2. berkedudukan sebagai subjek yang diikuti
oleh partisipel aktif
Contoh :
Ulö zondrou börösisinia = Ular yang
mematuk tumitnya
Ya’o
zame’e buku khönia = Saya yang memberi
buku ke-
padanya
sondrou
→ zondrou = partisipel aktif
same’e
→ zamae’e = partisipel aktif
3. berada setelah Partisipel
aktif
Contoh
U’alui zamösi asu = saya mencari yang memukul anjing
Möido u’alui zowöli asu = Saya mencari
pembeli anjing
Ya’o zowöli bago = Saya yang membeli tembakau
Ya’ia mege zamözi asugu = Dia tadi yang memukul anjingku
Catatan: Partisipel aktif ialah kata kerja pelaku yang melakukan kegiatan
4. berada setelah kata kerja
bentuk Infinitif
(k. kerja
berawalan ma- atau mo-)
Contoh
:
Mamözini
salo ndra’o = Saya menyapu lantai
Mowöli
i’a ndra’o = Saya membeli ikan
5. berada setelah kata kerja
berawalan rangkap Nifa- dan Nifo-
(awalan yang menyatakan seperti
cara)
Contoh:
a. Nifamözi
ulö balazi mate
Seperti
cara memukul ular harus mati
b. Nifolaya iraono nirörö-rörö
Seperti cara mengasuh bayi dialihkan
perhatiannya
c.
Nifanörö o’o nirörögai
seperti
cara melewati lalang dilangkahi
d. Nifowuwusi bawa lösu nifakifu hörö
Seperti cara meniup lobang lesung mata ditutup
6. didahului oleh kata lö artinya tidak
Contoh :
Lö bago
khögu
Saya
tidak punya tembakau
Lö afoda
khögu
Kita tidak punya sirih
7. berkedudukan sebagai penderita
tidak langsung
Contoh:
Ta’öli afoda wino
Kita beli untuk kita pinang
catatan
afo adalah penderita
langsung
fino → wino adalah penderita tidak langsung
Bentuk kedua dipakai apabila kata benda itu berkedudukan sebagai
- objek penderita
Contoh :
Ubözi nasu = Saya pukul anjing
Uhalö gara
= Saya ambil batu
Amawa mbanio
= Jual kelapa
Halö gurusi = Ambil kursi
- keterangan pemilik
Contoh :
Rate nasu
= rantai anjing
Baru
nakhigu = Baju adikku
- kata benda setelah partisipel pasif (kata kerja tanggap)
Contoh:
a. Ya’ia
ndraono nigohi nasu
Dialah
anak yang dikejar anjing
b. Hadia tenga ya’ugö nibözi nakhigu menewi?
Bukankah
engkau yang dipukul adikku kemarin?
- kata benda setelah kata kerja yang ditiru.
Contoh :
a. No ifofanö guro, iwuwu tete
Seperti cara udang berjalan, berjalan mundur
b. Böi öfofanö
dalaho, ö’olotuisi moroi furi.
Jangan seperti katak pergi, engkau keruhkan
di
belakangmu.
- kata benda yang didahului oleh kata so (ada)
Contoh :
a. So göda bago khögu, böi busi dödöu
Ada
tembakau untuk kita, jangan kuatir
b. Hadia so mbago soguna ba roko ba da’a?
Apakah ada di sini tembakau untuk rokok?
- Objek penderita langsung
Contoh :
a. Ta’oli
afoda wino ena’ö
Kita hendak beli pinang untuk kita
a. Ube’e
bualagu khö mbuku dania
Nanti saya hadiahkan padamu buku
- kata benda yang menerangkan kata benda lain
Contoh:
a. Töla nohi =
batang kelapa
b. Bua wakhe =
buahpadi
c. Sandrela
gosali = pintu gereja
Perobahan kata benda dari bentuk
pertama ke bentuk kedua dalam bahasa daerah Nias, bukan sekedar penyengauan atau
penyesuaian huruf saja. Tetapi benar-benar perobahan bentuk kata benda yang
disebabkan oleh kedudukan kata benda dalam kalimat.
Memang ada juga penyengauan atau
penyesuain huruf, tetapi itu terjadi pada kata jadian yang disebabkan oleh
imbuhan.
Barangkali, bagi orang yang baru belajar bahasa daerah Nias atau bagi
orang yang bukan kelahiran Nias hal ini adalah satu kesulitan bila belajar
bahasa daerah Nias.
PEROBAHAN KATA BENDA DARI
BENTUK PERTAMA KE BENTUK KEDUA
1. Kata benda yang berhuruf awal
vocal. Cara pengobahannya ada dua macam yaitu
a. ditambahkan n di depan vocal awal.
b. ditambahkan huruf g di depan vocal awal
1.1. Contoh kata benda yang berhuruf awal vocal yang ditambah
dengan konsonan n, bila menjadi kata
benda bentuk kedua. Bentuk inilah yang sedikit jumlahnya.
01. ama → nama = ayah 21. ikhu = hidung
02. adu → nadu
= patung 22.
ina = ibu
03. afo
→ nafo = sirih
23. ingo = inmgus
04. angi → dst = angin 24. iwa
= saudara
05. ache = aren 25. ola = batas
06. akhi = adik 26. omo =
rumah
07. akho = arang 27. ono = anak
08. asi = laut 28.
ohi = nyiur
09. asio = garam 29. ora = tangga
10. asoa = perian 30. ose = pondok
11. asu = anjing 31. osu = rusuk
12. awu = abu 32. owo = perahu
13. ekhe =
pisau 33. ue = rotan
14. awö = teman 34. ungo gowi =
setek ubi
15. emali =
musuh 35.
uo = urat
16. ene = pasir 36. udu = musuh; lawan
17. ete =
titian
37. ulu = udik, hulu sungai
18. ewali =
halaman 38.
öri = negeri
19. idanö =
air, sungai 39. ösi
= isi
20 ifö = gigi 40. dst
1.2. Contoh kata benda yang berhuruf awal vocal yang ditambah g bila menjadi kata benda bentuk kedua
01. abula dödö → gabula dödö = pergumulan
02. adulo → gadulo = telur
03. adudula → gadudula =
puing-puing
04. alakhaö = bagian-bagian dalam tubuh
05. alifa = lipan
06. alitö = api
07. ahe = kaki
08. alisi = bahu
09. amatela = bangkai
10. ana’a = emas
11. angilata = wahyu 12. arakha = kikir
13. arurua = runtuhan 14. afi = sayap
15. awe = nenek 16. awi = stagen
17. ate = hati 18. awöku = empedu
19. awöni = beringin 20. aramba = gong
21. adaya = butir pada yang hampa 22. angango =
kening
23. e’e = kekek 24. eheha = roh
25. ehomo =
tiang kaki rumah 26. elemu = sihir
27. elungua = kesesatan 28. eleŵazi = cacing
29. era’era = pikiran 30. ere = imam
31. eu = kayu 32. ewokha = lading yang
dijaga burung pipitnya
33. ezoi = sapu 34. i’a = ikan
35. i’o = ekor 36. i’i = jamur putih
37. ilo = ludah 38. iö = air kencing
39. o’o = ladang 40. olabua = temapt pe-
mbuangan sampah
41. olayama = halaman 42. olombaseŵa =
perhentian
43. olowingö = selumbar 44.
oholu = nama pohon
45. orahua = perkumpulan 46. oroisa = Taurat
47. orudua = perkumpulan 48. ondröita = pusaka
49. orö = nama ikan 50. osali = rumah ibadah
51. osa’osa = tandu 52. osö’osö = paku
53. u’i = sarung 54. undru
= semacam labu
55.ulö = ular 56.
urakha = hak
57. uro = udang 58. uta = muntahan
59. uli = kulit 60. uto = otak
61. urifö = ternak 62. ulitö = gabah
63. uliho = kulit gabah 64. ö = makanan
65. öba = kekebalan 66. öndröra = cawat
67. öröba = pakaian perang 68. öröbao = kerbau
Untuk menentukan kata benda yang
berhuruf awal vocal, apakah ditambah n
atau g bila menjadi kata benda
bentuk kedua adalah sangat sulit. Tidak ada rumusan, kecuali karena kebiasaan
saja dapat diketahui ketepatannya.
Tetapi kata benda yang berhuruf awal vocal
yang ditambah n bila menjadi kata
benda bentuk kedua agak sedikit jumlahnya. Jadi lebih baik kata benda jenis ini
yang dihafal.
2. Bila kata benda berhuruf awal
konsonan, maka yang terjadi adalah sebagai berikut.
2.1. Bila berhuruf awal b, maka
di depan b ditambah m.
Contoh:
baru
menjadi mbaru – Uhalö mbarugu.
2.2. Bila berhuruf awal d, maka d
itu berobah menjadi ndr.
Contoh :
Dao
menjadi ndrao – Uhalö ndrao
Diwo
menjadi ndriwo – ube’e ndriwo khönia
2.3. Bila berhuruf awal f, maka f
itu berubah menjadi w
Contoh:
Fanikha
menjadi wanikha – U’öli wanikha
Fino
menjadi wino – Uhalö wino
2.4. Bila berhuruf awal g dan,
maka tidak ada perobahan
Contoh:
Gitö
tetap gitö – ihalö gitö
Hili
tetap hili - Makhao hili andrö
2.5. Bila berhuruf awal k, maka k
itu berobah menjadi g
Contoh
Kara menjadi gara –
Uboto gara
2.6. Bila berhuruf awal, l, m, n
dan r, maka tidak ada perubahan.
Contoh:
Luha
tetap luha – Halö luha
Manu
tetap manu - U’amawa manu
Niru
tetap niru - U’öli niru
Ragaraga
tetap ragaraga – Uhalö ragaraga
2.7 Bila berhuruf awal s, maka s
berubahmenjadi z.
Contoh :
Salo
menjadi zalo - Ubözini zalo
2.8. Bila berhuruf awal t, maka t
berobah menjadi d
Contoh
Töwa
menjadi döwa - Uhalö döwa
2.9. Bila berhuruf awal ŵ, y dan
z maka tidak ada perubahan.
Contoh
Ŵeŵe
tetap ŵeŵe - Utaba ŵeŵe
Yo’ö
tetap Yo’ö (nama tempat) – Möi ita
ba Yo’ö
Zuzu
hili tetap zuzu hili – Möi ita
ba zuzu hili
2.10. Bila berhuruf awal ng, maka
tidak ada perubahan.
Contoh:
Ngenge
gowi tetap ngenge gowi – Halö
khögu ngenge gowi
2.11. Ada juga kata benda yang berhuruf awal d,
tetapi tidak mengalami perubahan. Ciricirinya ialah kata berulang semu.
Contoh
Daludalu tetap daludalu
– Be’e khögu daludalu.
Dolodolo (kayu penompang rumah yang sedang didirikan)
tetap dolodolo – Tataba dolodolo da’ö.
Döladöla tetap döladöla
– Fasindro döladöla nomo andrö.
2.12 Ada juga kata benda yang tidak berubah pada
bentuk kedua, karena kata benda tersebut adalah kata serapan dari bahasa lain.
Contoh :
Bentuk pertama : Bentuk
kedua : kata asal
Fasa : fasa : pasar
Bola : bola : bola
Sere : sere : ceret
Kade : kade : kedai
Fena : fena : pena
Tetapi ada juga yang berubah.
Contoh :
Kurusi : gurusi : kursi
Sura : zura : surat
Karate : garate : kertas
- KATA KERJA
(VERBA)
1. Pengelompokkan kata kerja.
Kata kerja dalam bahasa Nias
dapat kita kelompokkan dalam dua kelompok, berdasarkan sifat awalan yang dapat
diterimanya. Kelompok pertama ialah kata kerja yang dapat menerima awalan yang
mengandung vocal a dan kelompok kedua adalah kata kerja yang dapat menerima awalan
yang mengandung vocal o.
Kelompok pertama.
Kata kerja yang dapat menerima awalan
yang mengandung vocal a terdiri dari
kata kerja yang berhuruf awal
- b misalnya badu = minum
- f misalnya fatö = patahkan
- s misalnya söbi = hela
- t misalnya taba = potong
- h misalnya handro = tombaklah
- semua vocal kecuali ö misalnya oni = suruh
Kelompok kata kerja ini dapat
menerima awalan yang mengandung vocal a
1. Kata kerja berawalan a-
Kata kerja berawalan a- adalah k. kerja berbentuk imperative
Contoh:
Badu → amadu =
meminumlah
Fatö → amatö
= mematahkanlah
Söbi → anöbi
= menghelalah
Taba →
anaba = memotonglah
Handro →
angahandro = menombaklah
Oni → angoni
= menyuruhlah
2. Kata kerja berawalan ma-
Kata kerja berawalan ma- adalah k.kerja aktif atau infinitive.
Awalan ma- sepadan dengan awalan
me- dalam bahasa Indonesia
Contoh :
Mamadu tuo =
meminum
Mamatö eu =
mematahkan kayu
Manöbi ue = menghela rotan
Manaba bawi =
memotong babi
Mangahandro
sökha = menombak celeng
Mangoni iraono
= menyuruh anak-anak
3. Kata kerja berawalan fa-
K.kerja berawalan fa- adalah yaitu kata kerja yang
menyatakan hal.
Contoh:
Famadu tuo =
hal meminum tuak
Famatö eu = pematahan kayu
Fanöbi ue = penghelaan rotan
Fanaba bawi =
pemotongan babi
Fangahandro sökha
= penombakan celeng
Fangoni iraono
= penyuruhan anak-anak
Tetapi hati-hati bila kata kerja
berawalan fa- diikuti oleh kata
benda bentuk kedua, maka maknanya ialah menyatakan alat.
Contoh :
- fanaba mbawi = alat untuk memotong hewan
- famatö geu = alat untuk mematahkan kayu
- fana’u nidanö = alat untuk mengangkut air
4. Kata kerja berawalan sa-
K.kerja yang berawalan sa- adalah kata kerja
pelaku atau partisipel aktif
Contoh :
Samadu tuo =
peminum tuak
Samatö eu = orang yang mematahkan kayu
Sanöbi ue = orang yang menghela rotan
Sanaba bawi =
orang yang menyembelih babi
Sangahandro
sökha = orang yang menombak celeng
Sangoni iraono
= orang yang menyuruh anak-anak
Kelompok kedua
Kata kerja yang dapat menerima
awalan yang mengandung vocal o
terdiri dari kata kerja yang
berhuruf awal
- d misalnya dukhu = gosok
- k misalnya ko’o = cungkil; kubur
- kh misalnya khao = gali
- l misalnya lazi = himpit
- m misalnya mama = remukkan
- n misalnya nönö = tambah
- r misalnya ra’a = iris
- w misalnya wu’ai = ubah
- z misalnya zizi = tumpulkan
10.
ö misalnya öli = beli
1.Kata kerja yang berawalan o-
K. kerja yang berawalan o- adalah kata kerja berbentuk
imperative.
Contoh :
- ondrukhu salo = mengepel lantailah
- ogo’o gowi = mencungkil ubilah
- ogao banio = mengkukur kelapalah
- olazi töwu = memeras tebulah
- omama du’u = meremukkan rumputlah
- onönö idanö = menambah airlah
- ondra’a bulu gowi = mengiris daun ubilah
- owuai ola = merubah bataslah
- ozizi balö lewuö = menumpulkan ujung bambulah
- owöli böra = membeli beraslah
2. Kata kerja berawalan mo-
K.kerja berawalan mo- adalah
kata kerja aktif atau infinitive.
Awalan mo- sepadan dengan awalan me-
dalam bahasa Indonesia
Contoh :
1.
mondrukhu salo = mengepel lantai
2.
mogo’o gowi =
mencungkil ubi
3.
mogao banio
= mengkukur kelapa
4.
molazi töwu
= memeras tebu
5.
momama du’u =
meremukkan rumput
6.
monönö idanö =
menambah air
7.
mondra’a bulu gowi = mengiris daun ubi
8.
mowu’ai ola =
mengubah batas
9.
mozizi balö lewuö = menumpulkan ujung bambu
3. Kata kerja berawalan fo-
K. kerja berawalan fo- adalah kata kerja yang menyatakan hal.
Contoh:
1. fondrukhu salo = hal mengepel
2. fogo’o si mate = penguburan orang mati
3. fogao banio = pengkukuran kelapa
4. folazi agu = pemerasan anggur
5. fomama du’u = penghancuran rumput
6. fonönö idanö = penambahan air
7. fondra’a bulu gowi = pengirisan daun ubi
8. fozizi balö lewuö = penumpulan ujung
bambu
Tetapi hati-hati bila kata kerja berawalan
mo- diikuti oleh kata benda bentuk kedua, maka maknanya berubah menjadi kata
benda yang menyatakan alat.
Contoh :
1.
fondrukhu zalo = kain pel
2.
fogo’o zi mate =
alat penguburan orang mati
3.
fogao mbanio =
kukuran
4.
folazi nagu
= kilang anggur
5.
fomama ndru’u = penghancur rumput
6.
fonönö nidanö =
penambah iar
7.
fondra’a mbulu gowi = pengiris daun ubi
8.
fozizi mbalö lewuö = penumpul ujung bambu
4. Kata kerja berawalan so-
K.kerja berawalan so- adalah kata kerja pelaku atau
partisipel aktif.
Contoh:
1. sondrukhu salo = orang yang mengepel lantai
2. sogo’o si mate = yang menguburkan orang mati
3. sogao banio = orang yang mengkukur kelapa
4. solazi agu = orang yang memeras anggur
5. somama högö gulö = orang yang meremukkan
kepala ular
6. sonönö idanö = orang yang menambah air
7. sondra’a ö mbawi = orang mengiris
makanan babi
8. sozizi balö lewuö = orang yang
menumpulkan ujung bambu
2. Bentuk-bentuk kata kerja
Bentuk kata kerja dalam bahasa
daerah Nias ada beberapa yaitu.
- kata kerja bentuk Imperatif – K.kerja yang menyatakan perintah dan larangn bila didahului oleh kata böi.
- Kata kerja bentuk kohortatif – K.kerja yang menyatakan dorongan atau ajakan
- Kata kerja bentuk optatif – K.kerja yang menyatakan harapan
- Kata kerja bentuk kausatif – K. kerja yang menyuruh orang lain lain melakukan kegiatan
- Kata kerja yang diakhiri dengan akhiran kata ganti orang atau yang diikuti oleh kata ganti orang bentuk kedua.
- Kata kerja berulang
- Kata kerja bentuk imperative.
Kata kerja bentuk imperative
dibentuk dengan memberi awalan a- atau o-
Contoh:
k.k.
primer : k.k imperative - artinya
badu : amadu = meminumlah
e’e : ange’e = membunuhlah
sura : anura = menulislah
rino : ondrino = memasaklah
öli : owöli = membelilah
dukhu :
ondrukhu = mengepellah
Kata kerja bentuk imperative dapat
diawali dengan awalan pelaku orang pertama jamak dan orang kedua jamak dan bila
ini terjadi maka maksudnya adalah mengajak.
Contoh :
Ta’ondri =
marilah kita mandi
Mi’ondri =
biarlah kalian mandi
Ta’amadu =
marilah kita minum
Ta’amatö = marilah kita mematahkan
Perubahan kata kerja primer
menjadi kata kerja bentuk imperative dapat kita lihat pada contoh berikut.
kk. primer :
kk. bentuk imp. : imp. berawalan : imp. berawalan
pelaku I jamak : pelaku II jamak
01. manga :
a :
ta’a : mi’a
makan makanlah
02. andrö : angandrö : ta’angandrö : mi’angandrö
minta memintalah
03. - : anöi : ta’anöi : mi’anöi
memanjatlah
04. badu : amadu : ta’amadu : mi’amadu
minum
meminumlah
05. bago : amago : ta’amago : mi’amago’ö
Pukul
memukullah
06. babago : amabago : ta’amabago : mi’amabago
cuci mencucilah
07. baloi : amaloi : ta’amaloi : mi’amaloi
tunggu menunggulah
08. balugö : amalugö : ta’amalugö : mi’amalugö
tutup menutuplah
09. bokai : amokai : ta’amokai : mi’amokai
buka membukalah
10. bözini : amözini : ta’amözini : mi’amözini
sapu menyapulah
11. duhö : ondruhö : ta’ondruhö : mi’ondruhö
tutup menutuplah
12. e’e : ange’e : ta’ange’e : mi’ange’e
bunuh membunuhlah
13. - : ohorö : ta’ohorö : mi’ohorö
berzinahlah
14. tagö : anagö : ta’anagö : mi’anagö
curi mencurilah
15. rino : ondrino : ta’ondrino : mi’ondrino
masak memasaklah
16. öli : owöli : ta’owöli : mi’owöli
beli membelilah
Selain bentuk di atas, maka masih
ada lagi bentuk imperative lain yaitu
untuk orang ketiga jamak dengan cara menempatkan awalan ndra-. Contohnya ialah angandrö
→ ndramangandrö.
Kegunaan kata kerja bentuk imperative ini
ialah dalam kalimat melarang. Dalam kalimat melarang tinggal didahului oleh
kata böi (jangan). Contoh :
1.
Böi ange’e =
jangan mencuri
2.
Böi ohorö =
jangan berzinah
3.
Böi anagö =
jangan mencuri
4.
Böi amadu tuo = jangan meminum tuak
5.
Böi aneu banio, börö moteu = jangan memetik kelapa
karena hujan
- Kata kerja bentuk kohortatif.
K.k.bentuk kohortatif adalah
k.k.kerja yang menyatakan dorongan atau ajakan. K.k. bentuk kortatif dibentuk
dengan memberi awalan da- pada kata kerja berawalan pelaku, sehingga kata kerja
itu menjadi berawalan rangkap
Contoh :
1.
da’uhalö = biarlah saya ambil
2.
da’öhalö = biarlah engkau ambil
3.
da’ihalö = biarlah dia ambil
4.
datahalö = biarlah kita ambil
5.
damahalö = biarlah kami ambil
6.
damihalö = biarlah kalian ambil
7.
dalahalö = biarlah mereka ambil
- Kata kerja bentuk optatif.
Kata kerja optatif adalah kata
kerja yang menyatakan harapan. Kata kerja optatif dibentuk dengan memberi
awalan ya-pada kata kerja yang berawalan
pelaku, sehingga kata kerja itu menjadi berawalan rangkap.
Contoh :
1. ya’uhalö = kiranya saya ambil
2. ya’öhalö = kiranya engkau ambil
3. ya’ihalö = kiranya dia ambil
4. yatahalö = kiranya kita ambil
5. yamahalö = kiranya kami ambil
6. yamihalö = kiranya kalian ambil
7. yalahalö = kiranya mereka ambil
d. Kata kerja bentuk
kausatif
K. kerja bentuk
kausatif artinya kata kerja yang menyuruh orang lain melakukan kegiatan. K.
kerja kausatif dibentuk dengan memberi awalah fa- dan akhiran ‘ö pada
kata kerja.
Contoh:
Ohe → fa’ohe’ö = suruh bawa atau kirim
Öli
→ fa’öli’ö = suruh beli
Rino → farino’ö = suruh masak
e. Kata kerja yang diakhiri
dengan akhiran kata ganti orang atau yang diikuti oleh kata ganti orang bentuk kedua.
Contoh :
- temado = jemput saya → akhiran kata ganti
- tema ndra’o = jemput saya → kata ganti orang
- tema ndra’odo = jemput saya → kata ganti orang
- orofido = selamatkan saya → akhiran kata ganti orang
Perhatikan tabel berikut!
Akhiran
pelaku
|
k.ganti orang
pendek
|
k. ganti orang
panjang
|
Terjemahan
|
Orifido
Orifi’ö
-
Orifiga
-
-
-
|
Orifi ndra’o
-
Orifi ia
-
Orifi ita
Orifi ami
Orifi ira
|
Orifi ndra’odo
Orifi ndra’ugö
-
-
-
-
-
|
Selamatkan aku
Selamatkan engkau
Selamatkan dia
Selamatkan kami
Selamatkan kita
Selamatkan kalian
Selamatkan mereka
|
f. Kata kerja berulang.
Maksud dari kata kerja berulang ialah
menyatakan bahwa kegiatan tersebut sedang berlangsung atau terjadi berulang
kali atau selalu terjadi.
Contoh :
Böi ae ba hele, börö mondri-mondri ndra’alawe.
Jangan ke
kamar mandi, karena perempuan sedang mandi.
Böi oruru-ruru, no mörö-mörö namada.
Jangan berisik,
ayah sedang tidur.
Mege’ege
manö nono da’ö
Anak itu
selalu saja menangis
Jadi, kita jangan menterjemahkan
kata mondri-mondri dengan
mandi-mandi; kata mörö-mörö dengan
tidur-tidur dan mege’ege dengan
menangis-nangis dalam bahasa Indonesia.
Mandi-mandi dalam bahasa
Indonesia berarti bukan mandi sungguhan. Tidur-tidur dalam bahasa Indonesia
berarti bukan tidur sungguhan. Menangis-nangis dalam bahasa Indonesia hampir
tidak kita temukan.
- KATA SIFAT
(adiectiva)
Pada umumnya kata sifat dalam
bahasa daerah Nias berhuruf awal a
atau o, hanya sedikit yang tidak
demikian.
Contoh :
1. alaŵa = tinggi 2. abakha = dalam 3. adogo = pendek
4. anau = panjang
5. anifi = tipis; dangkal 6. afuo = kurus
7. angao = kerempeng 8. atabö
= gemuk 9.awe’ewe’e = tebal
10. abe’e = keras 11. atua
= tua 12. awuyu = muda
13. afusi = putih 14. aitö
= hitam 15. a’usö = kuning
16. ebua = besar 17. esolo = gemuk 18. ide’ide = kecil
19. ma’ifu = sedikit 20.
oya = banyak 21. owuge’e = hijau
22. oyo = merah
23. atarö = tajam 24. afuru =
tumpul
25. onekhe = pintar 26. bodo
= bodoh 27.
atoru = tercecer
Cara mempergunakan kata sifat
Menurut fungsi kata sifat, maka kata sifat
berguna untuk menerangkan kata benda. Hal tersebut berlaku juga dalam bahasa
daerah Nias. Hanya saja cara penempatan dan penggunaannya mempunyai cara
tersendiri. Penempatan dan cara penggunaannya adalah sebagai berikut ini.
- Bila menerangkan kata benda
Bila kata sifat menerangkan kata
benda, maka kata sifat itu lebih dulu diberi huruf s pada awal kata, kemudian ditempatkan sesudah kata benda yang
diterangkannya.
Contoh
- anau → sanau : balatu sanau = parang panjang
- alaŵa → salaŵa : ohi salaŵa = kelapa tinggi
- afuo → safuo : bawi safuo = babi kurus
- Kata sifat mendahului kata benda.
Bila terjadi
kebalikan dari nomor 1 di atas, maka maksudnya ialah menyatakan kekhususan dari
benda itu.
Contoh:
- senau mbalatu = parang yang terpanjang
- salaŵa nohi = kelapa yang tertinggi
- safuo mbawi = babi yang terkurus
Jadi apa
bedanya sanau mbalatu dengan balatu sanau?
Sanau mbalatu = parang yang terpanjang
dan ada parang lain yang panjang, tetapi tidak sepanjang parang yang ditunjuk.
Balatu sanau = parang yang panjang
bentuknya, tetapi panjangnya relatif. Mungkin ada parang lain yang lebih
panjang atau yang kurang panjang.
Kata sifat
yang mendapat huruf s pada awal mengikuti hukum kata benda yaitu ada bentuk
pertama dan ada bentuk kedua, yaitu huruf s berubah menjadi huruf z.
Contoh:
Be’e khögu zatarö mbalatumö, da’ufake.
Berikan kepadaku pisaumu yang tertajam,
biar kupakai.
Bandingkan dengan
Satarö
mbalatumö be’e khögu.
Parangmu yang tertajam berikan kepadaku.
Selanjutnya dapat dibedakan
Omo sebua = rumah
besar
Sebua nomo = rumah yang terbesar
Sebua omo = pemilik rumah besar
3.
Kata sifat yang diakhiri dengan kgo.
K.Sifat dapat diakhiri
dengan akhiran kgo atau diikuti kgo bentuk kedua. Bentuk ini berfungsi
menerangkan keadaan orang tersebut.
Contoh :
- esolo’ö iada’a = anda gemuk sekarang (akhiran kgo)
- afuo’ö me no = anda dulu kurus (akhiran kgo)
- esolo ndra’ugö iada’a = anda gemuk sekarang (kgo bentuk II).
- afuo ndra’ugö me no = dulu anda kurus (kgo bentuk II)
- Kata sifat yang diulang sebagian
Kata sifat
yang diulang sebagian menyatakan agak atau selalu.
Contoh :
Awuyu-wuyu
manö ndra’ugö = anda selalu saja muda
Eu sanau-nau
be’e khögu = kayu yang agak panjang
berikan kepadaku.
- Kata sifat bersisipan
Kata sifat
bersisipan menyatakan agak atau cenderung.
Contoh :
- alaŵa → agalaŵa = agak tinggi atau cenderung tinggi
- ebua → egebua = agak besar atau cenderung besar
- ide’ide → igide’ide = agak kecil atau cenderung kecil
- lö oya → lö ogoya’oya = tidak begitu banyak atau cenderung tidak banyak
6.
kata sifat bertingkat
Bahasa daerah Nias
mempunyai kata sifat bertingkat, walaupun tidak seperti bentuk kata sifat
bertingkat bahasa Inggris.
6.1. Bila sama, maka dipakai kata
si mane atau mane.
Contoh :
Si mane fa’aliogu wa’alionia = Seperti
kecepatanku kecepatannya.
Mane fala’alaŵania wa’alaŵagu = tingginya
seperti tinggiku
6.2. Bila tingkat lebih, maka dipakai pola
berikut
Kata sifat + kata benda + moroi ba + kata benda
Contoh:
- Alaŵa nohi moroi ba wino.
Lebih tinggi
kelapa dari pinang.
- Ebua kudo moroi ba nambi.
Lebih besar
kuda dari kambing.
- Esolo nono da’a moroi ba nono da’ö.
Lebih gemuk
anak ini dari anak itu.
6.3. Bila tingkat paling, maka
ditempatkan kata fondrege (bentuk I) atau wondrege (bentuk II) sebelum kata
sifat.
Contoh:
- Ya’ia wondrege zalaŵa ba gotaluara = Dia yang tertinggi di antara mereka.
- Fondrege zonekhe ia ba gotalua nono zekola = Paling pintar di antara siswa
7. Kata sifat yang diawali wa-
Kata sifat
yang diawali denga wa-
menyatakan terlalu atau begitu.
Contoh :
- Oida! Wa’ebua nomo da’ö. = Aduh! begitu besar rumah itu
- Wa’alaŵa nohi da’a = Kelapa ini terlalu tinggi.
- Wa’asökhi galawe da’ö = Cantik sekali perempuan itu
- Wa’ogömi nomo da’ö = Begitu gelap rumah itu
- Wa’ebua mböli nukha da’ö = Harga kain itu terlalu tinggi
4. KATA GANTI
(Pronomina)
Kata ganti dalam bahasa daerah
Nias dapat dibagi sebagai berikut.
- kata ganti orang
- kata ganti penunjuk
- kata ganti tanya
- kata ganti peliput
- Kata ganti orang.
Kata ganti orang dalama bahasa
daerah Nias dapat dapat dibagi 3
1.1. Kgo bentuk pertama
1.2. kgo
bentuk kedua
1.3. kgo
kepunyaan
1.1. Kata ganti orang bentuk pertama.
ya’odo; ya’o = saya
ya’ugö = engkau
ya’ia = dia
ya’aga = kami
ya’ita = kita
ya’ami = kalian
ya’ira = mereka
Kata ganti orang pertama bentuk
pertama dipakai pada awal kalimat atau sebagai subjek.
Contoh:
Ya’odo möi ba fasa → pernyataan
Saya pergi ke pasar
Ya’odo möi ba fasa ba ya’ugö möi ba kabu → pernyataan
Aku pergi ke pasar dan engkau
pergi ke kebun
Ditempatkan sebelum partisipel aktif
Contoh
Ya’ia zi sindro ba
mbawandruhö
Dia yang berdiri di pintu
Ya’ira zame’e buku khögu
Mereka yang memberi buku dari aku
Hadia ya’ugö zombalö faku
khögu?
Apakah engkau yang meminjam
cangkul dari saya?
Ditempatkan sebelum partisipel pasif
Contoh:
Ya’ira nifalukhaisigu menewi
Mereka yang kujumpai kemarin.
Hadia ya’ami ni’ilagu ba fasa
menewi?
Apakah kalian yang kulihat
kemarin?
Ono da’ö nigohi nasu mege
Anak itu yang dikejar anjing
tadi.
1.2. Kata ganti orang bentuk kedua.
ndra’odo; ndra’o = saya
ndra’ugö = engkau
ia = dia
ndra’aga = kami
ita = kami
ami = kalian
ira = mereka
Kata ganti orang bentuk kedua
dipakai sebagai objek penderita dan ditempatkan sesudah katakerja berawalan pelaku; setelah kata
kerja; atau setelah infinitif.
Contoh:
Ufaigi ndra’ugö → setelah k.k. berawalan pelaku
Aku melihatmu
Böi mibözi ira → setelah k.k. berawalan
pelaku
Jangan pukul mereka
Ae tema ndra’odo → setelah k.kerja
Jemputlah aku
Mamaku laza ndrao → setelah infinitive –
kalimat aktif
Saya mencangkul sawah
Mowöli i’a ndraugö → setelah infinitf –
kalimat aktif
Engkau membeli ikan
Jadi pola kalimat bahasa Nias
kebanyakan predikat (kata kerja) mendahului
subjek (kata benda). Pola ini dikenal dengan kalimat inversi. Kalimat inversi
dalam bahasa daerah Nias adalah bentuk kalimat aktif.
Contoh :
1. Möi ndra’o ba fasa mowöli böra
Saya pergi ke pasar membeli beras
2.
Mombaso buku
ndra’o.
Saya membaca
buku
3.
Molowi du’u ia.
Dia memotong
rumput
Bandingkan dan bedakan dengan
kalimat pasif
- U’öli mböra ba fasa → awalan pelaku
Kubeli beras
di pasar
- Ubaso mbuku → awalan pelaku
Kubapaca buku
- I’owi ndru’u → awalan pelaku
Dipotongnya
rumput
Silakan bandingkan terjemahan
harafiah dan terjemahan tafsiran
. Olifu ia khögu iada’a
Lupa dia kepadaku sekarang → terjemahan
harafiah
Dia lupa kepadaku skarang → terjemahan
tafsiran
1.3. Kata ganti orang kepunyaan
Kgo kepunyaan dapat dibagi dua
yaitu bentuk terpisah dan bentuk akhiran.
Kgo kepunyaan bentuk terpisah
Khögu = kepunyaan saya → manu khögu
= ayam kepunyaan saya
Khöu = kepunyaan anda → manu khöu = ayam kepunyaan
anda
Khönia = kepunyaan dia → manu khönia = ayam kepunyaan dia
Khöma = kepunyaan kami → manu
khöma = ayam kepunyaan kami
Khöda = kepunyaan kita → manu khöda = ayam kepunyaan kita
Khöra = kepunyaan mereka → manu
khöra = ayam kepunyaan mereka.
Bentuk di atas dapat dibalik dengan maksud
membuat pernyataan yang lebih tegas.
Contoh:
- Khögu manu da’ö, tenga khöu = punya saya ayam itu bukan punyamu
- Khöra manu da’ö, tenga khöda = punya mereka ayam itu, bukan punya kita
Kgo kepunyaan bentuk akhiran
Kgo kepunyaan bentuk akhiran
berasal dari kgo kepunyaan yang dipendekkan sehingga melekat pada kata benda
dan dapat di-anggap sebagai akhiran.
Khögu → -gu -
kudogu = kudaku
Khöu → -u
- kudou = kudamu
Khönia → -nia -
kudonia = kudanya
Khöma → -ma - kudoma = kuda kami
Khöda → -da - kudoda = kuda kita
Khömi → -mi - kudomi
= kuda kalian
Khöra → -ra -
kudora = kuda mereka
Khusus untuk kata benda berhuruf
akhir u misalnya buku, manu dll,
maka bila berhadapan dengan kgo kepunyaan khöu
akhiran kgo kepunyaan sulit dibunyikan. Oleh sebab itu dipakai bentuk lain
yaitu khömö dan bukan khöu.
Jadi caranya begini
Khömö → -mö - tidak boleh bukuu, tetapi bukumö =
bukumu
tidak boleh manuu, tetapi manumö = ayammu
Selanjutnya kgo kepunyaan khögu, khöu, khönia dan seterusnya
dapat juga berfungsi sebagai objek penderita dan objek penyerta.
Contoh:
- Imane khögu = Dia berkata kepada saya
- Möiga khömi = kami pergi ke tempat kalian
- Mi’ae khöma = Datanglah di tempat kami
- Ibe’e khöu manu da’ö = Dia berikan ayam itu padamu
- Halö khögu waku = Ambil untukku cangkul
2. Kata
ganti penunjuk
Da’a / da’e = ini
Da’ö = itu
Ya’e = inilah
Ba da’ö = di situ
Ba da’e = di sini
Si sa ba da’ö = di sana
Contoh :
1.
Da’a mbuku ni’aluigu = Ini buku yang saya cari
2.
Da’e manu ni’öligu
= Ini ayam yang kuböli
3.
Ya’e mbuku niwawalögu khöu = Inilah buku yang kupinjam
darimu
4.
Ba da’ö so ia = di situ dia berada
5.
Ba da’e aine = Mari di sini
6.
Si sa ba da’ö so ia = Di sana dia berada
Bila kata da’a/da’e dan da’ö
dipakai untuk menunjuk suatu benda, maka dia ditempatkan sesudah kata benda.
Contohnya :
- omo da’e/da’a = rumah ini
- omo da’ö = rumah itu
Tetapi bila ditempatkan sebelum
kata benda, maka maknanya ialah memberi penegasan.
Contoh :
1. Da’e/da’a nomogu = inilah
rumahku
2. Da’ö nomonia = itulah rumahnya
3. Ya’e khöu mbuku = Inilah buku
untukmu
3. Kata ganti tanya
3.1. hadia = apa
3.2. haniha = siapa
3.3. hana = mengapa
3.4. heza/hezo = dimana
3.5. ha’uga = berapa
3.6. hame’uga = berapa kali
3.7. hamega = kapan (lampau)
3.8. hawa’ara = kapan (akan
datang)
3.9. hewisa = bagaimana
Khusus untuk kata tanya ha’uga (berapa) dapat digabungkan
dengan kata sifat dan mendapat bentuk baru.
Prosesnya sebagai berikut.
Ha’uga = berapa
Kita ambil contoh kata oya (k.sifat). Dia mendapat awalan fa- sehingga menjadi fa’oya (bentuk pertama) atau wa’oya (bentuk kedua) artinya
banyaknya.
Akhirnya, ha’uga + wa’oya menjadi
hawa’oya = berapa banyak
Demikian selanjutnya
- ha’uga – ato → hawa’ato = berapa banyak
- ha’uga – aröu → hawa’aröu = berapa jauh
- ha’uga – abua → hawa’abua = berapa beratnya
- ha’uga – anifi → hawa’anifi = berapa tipisnya
- ha’uga – anau → hawa’anau = berapa panjang
- ha’uga – ara → hawa’ara = berapa lama/ kapan
- dan seterusnya
4. Kata ganti peliput
Yang dimaksud dengan kata ganti
peliput adalah gofu dan manö, karena tujuan si pembicara ialah
semuanya, yang mana saja, apa saja dan sembarangan saja. Kalau gofu ditempatkan di depan kata bertanya
dan manö sesudah kata bertanya.
Contoh:
Gofu
1.
gofu hania = siapa saja
2.
gofu hadia = apa saja
3.
gofu heza = dimana saja
4.
gofu hawa’ara = kapan saja
5.
gofu ha’uga = berapa saja
6.
gofu hewisa = bagaimana saja
7.
gofu hawa’aröu = berapapun jauhnya
8.
gofu hawa’ato = berapa saja banyaknya (orang)
9.
gofu hawa’alawa = berapa saja tingginya
10. dst
11.
manö
- haniha manö = siapa saja
- hadia manö = apa saja
- heza manö = dimana saja
- hawa’ara manö = kapan saja
- ha’uga manö = kapan saja
- hewisa manö = bagaimana sja
- hawa’aröu manö = berapa saja jauhnya
- hawa’alaŵa manö = berapa saja tingginya
- hawa’ato manö = berapa saja banyaknya (orang)
- dan seterusnya
Contoh
pemakaian dalam kalimat
- Gofu heza labe’e nomora, dali manö ira.
Di mana saja
mereka mendirikan rumah, terserah mereka saja.
- Halö manö ua ba lafo sahatö rokogu, ha’uga mböli u’öli.
Ambil saja
rokok saya di warung yang dekat, berapa saja harganya saya beli.
5 KATA
BILANGAN
(Numeralia)
1. Kata bilangan utama
1 = sara
6 = önö 11 = felezara 16 = fele’önö
2 = dua
7 = fitu 12 = felendrua 17 = felewitu
3 = tölu
8 = ŵalu 13 = feledölu 18 = feleŵalu
4 = öfa
9 = siŵa 14 = fele’öfa 19 = feleziŵa
5 = lima 10 = fulu
15 = felelima 20 = dua wulu
21 = dua wulu a sara 20 = dua wulu
30 = tölu ngafulu
22 = dua wulu a rua 40 = öfa wulu 60 =
önö ngafulu
23 = dua wulu a tölu 50 = lima wulu
70 = fitu ngafulu
24 = dua wulu a öfa 90
= siŵa wulu 80 = ŵalu ngafulu
Dan seterusnya
Yang perlu diperhatikan
- dua, öfa, lima dan siŵa berakhir dengan huruf a, maka diikuti oleh wulu
- Tölu, önö, fitu dan ŵalu berakhir dengan huruf bukan a, maka diikuti oleh ngafulu
100 = otu; 101 = otu a sara; 153
= otu a limawulu a tölu
1000 = sara ngahönö
2000 = dua ngahönö
Sedangkan kata saribu adalah
adaptasi dari bahasa Indonesia yaitu seribu. Jadi 1996 diucapkan sara ngahönö a siŵa ngaotu a siŵa wulu a
önö. Ingat! Setiap bilangan di antarai dengan kata a.
2. Kata bilangan urutan
Si föföna = Pertama Si öfa = Keempat
Si dua = Kedua Si lima = Kelima
Si tölu
= Kelima dan seterusnya
3. Kata bilangan bantu
Samösa = seorang
Darua
= dua orang
Datölu
= tiga orang
Dan selanjutnya cukup kata bilangan diberi
awalan da-, tetapi hanya berlaku sampai angka 10. Sebelas orang dan seterusnya kata
bilangan harus yang oleh kata niha.
Contoh :
Felezara niha = sebelas orang
Dua wulu niha = dua puluh orang
Otu a sara niha = seratus satu orang
Kecuali kata
Ngaotu niha = ratusan orang
Ngahönö niha = ribuan orang
Untuk bilangan yang memakai ukuran.
Sageu
= seekor ; sebatang
Dua geu = dua ekor; dua batang
Tölu nga’eu = tiga ekor; tiga batang
Dan begitu seterusnya.
Sambua = sebuah
Dombua ngawua = dua buah
Tölu ngawua = tiga buah
Dan begitu seterusnya
Sagörö = selembar
dua nga’örö = dua lembar
tölu nga’örö = tiga lembar
Dan seterusnya
Bilangan pecahan
Tambai = setengah atau sebelah
Matonga = setengah
Sambua ni’o’öfa = seperempat
Sambua ni’olima = seperlima
Tölu ni’o’öfa = tiga perlima
Lima
ni’oŵalu = lima perdelapan
Bilangan berkelompok
Sawu/sangafu = serumpun
Dua wu/dua ngafu = dua rumpun
Tölu ngafu = tiga rumpun
Öfa ngafu = empat rumpun
Lima
ngafu = lima
rumpun
Dan selanjutnya.
Sambawa = seteguk
Sambawa’ = sekawan
Dua mbwa’ = dua kawanan
Dan seterusnya
Samböbö/sangamböbö = seikat
Dua mböbö/ dua ngamböbö = dua
ikat
Tölu mböbö/tölu ngamböbö = tiga
ikat
Dan seterusnya
4. Kata bilangan pengumpul
Ma’adarua = berdua; kedua orang
Ma’adatölu = bertiga
Ma’adaöfa = berlima
Dan seterusnya
4. Bilangan kekerapan
Samuza
= sekali; satu kali
Mendrua = dua kali
Medölu = tiga kali
Mendröfa = lima kali
Melima = lima
kali
Me’önö
= enam kali
Mewitu = tujuh kali
Meŵalu = delapan kali
Meziŵa = sembilan kali
Mewulu = sepuluh kali
Mew-
dst
Dua wulu kali = dua puluh kali
Lima wulu kali = lima
puluh kali
Tetapi me’otu / otu kali = seratus kali
Dan seterusnya
5. Kata bilangan kelipatan
5 X 5 = lima
wa lima
10 : 2 = fulu ifaosa dua
Jadi kali = wa dan dibagi = ifaosa
2 + 6 = dua inönö önö
6 – 4
= önö i’alösi öfa atau önö iheta öfa
Jadi
inönö = ditambah; i’alösi atau iheta = dikurangi
6. kata bilangan tradisionil Nias
01. sadumba = 6 teko ± 2 liter
02. sambua hinaoya = 3 teko ± 1
liter
03. sambua kata = 1,5 teko = ± 0,5 liter
04 sambua teko = ± 0,33 liter
05. sambua lauru = 5 dumba = ± 10 liter
06. sazo’e = 60 dumba = ± 120 liter
07. sambua yöu = 4 dumba = ± 8 liter
08. sambua hie = seberat 1 dumba beras = ± 1,6 kg
09. sagofa = selebar 4 jari
10. salito = sejengkal
11. sambua si’u = sepanjang dari siku sampai dengan kepal
tangan
12. sandröfa = sedepa
13. sandrohu = satu tahap
14. sandroto = seruas
Urutannya:
Sandröfa; dua ngaröfa; tölu
ngaröfa; öfa ngaröfa dst.
Sandrohu; dua ndrohu; tölu
ngarohu; öfa ngarohu dst.
Sandroto; dua ngaroto; tölu
ngaroto dst.
6
KATA
KETERANGAN
(Adverbia)
1. kata keterangan yang dibentuk dari kata sifat.
Kata keterangan berfungsi untuk
menerangkan kata kerja, se-bagaimana juga kata sifat berfungsi menerangkan kata
benda. Hal ini berlaku juga pada bahasa daerah Nias.
Kata keterangan sangat dekat hubungannya
dengan kata sifat, bahkan kata keterangan dibentuk dari kata sifat.
Perbedaannya terletak pada kata yang didampinginya. Kalau kata sifat
mendampingi kata benda, maka kata keterangan mendampingi kata kerja. Perbedaan
selanjutnya ialah kata sifat memakai bentuk sekunder, tetapi kata keterangan
memakai bentuk primer.
Contoh :
Kata keterangan kata sifat
Aösö wehede - bentuk primer
: Fehede saösö - bentuk sekunder
Berbicara cepat : Bicara cepat
Ahou we’aso moto : Moto sahou
Bus datang terlambat : Bus yang lambat
Alio woloyo göfa da’ö
: Köfa salio
Kapal itu berlayar cepat : Kapal cepat
Contoh dalam kalimat
1. Böi aösö ötema, haogö ua öfondrondrongo. → k. keterangan
2. Bologö khönia. Fehede saösö khönia da’ö. → k. sifat
3. Alio sibai na muhede ia, irege lö fakhamö tarongo.→ k. ket.
4. Moto salio da’ö, sökhi na da’ö tatörö. → k. sifat
5. Alio sibai na mofanö moto da’ö ba lala. → k. keterangan
6. Böi tatörö moto sahou, ara tarugi. → k. sifat
2. K. keterangan yang terbentuk dari k.k. bentuk imperative.
Contoh :
Hoda = percepatlah
Da’ida’i = pelan-pelanlah
Pemakaian dalam kalimat
- Ihoda wofanö ba lala sebua, andrö wa lö fakhamö ta’ila ia.
Dia berjalan
cepat di jalan raya, itulah sebabnya kita tidak sempat melihatnya.
- Oida, böi hoda wofanö, tebai makhamö gaheu dania.
Aduh, jangan
berjalan cepat, kami tidak dapat mencapai langkahmu nanti.
- Mida’ida’i manö wofanö, lö na atö alio erege dödömi.
Berjalanlah
dengan pelan, agar kalian tidak cepat lelah
- He ga’a! Na öheta ndroi ba gahegu da’ida’i wondröni.
Hei bang!
Kalau abang mengeluarkan duri dari kakiku cabutlah dengan pelan-pelan.
Dewasa ini kita sering mendengar
kata da’ida’i yang didahului oleh
kata böi artinya jangan. Hal ini
membuat kesan seolah-olah jangan pela-pelan tetapi dengan cepat. Namun demikian
dalam pemakaian sehari-hari, maksudnya tetap pela-pelan.
Contoh:
Böi mida’ida’i wanörö dela andrö, wa’aelo.
Tetapi yang dimaksud ialah Pelan-pelan meniti titian itu, karena
terlalu licin.
Böi da’ida’i he! Ma dania afökhö.
Tetapi yang dimaksud ialah pelan-pelan ya! Siapa tau nanti sakit
3. K.Keterangan bersisipan
Contoh:
Agafatö dödö = agak kesal.
← afatö
Ogomuso dödö = selalu gembira ←
omuso
Ogowölö’ölö = rajin ← owölö’ölö
Ogogömi = menjadi gelap ← ogömi
Ogoyo = menjadi merah ← oyo
Contoh dalam kalimat
- Oi agafatö geu ba wa’abölö nangi andrö.
Pohon menjadi
patah karena angin kencang itu
- Agafatö dödöda na mohede ia, me oya zi lö itörö.
Kita kesal
kalau dia bicara, karena banyak yang tidak terlaksana.
3. Ogomuso dödögu ero na u’ila’ö
Saya menjadi gembira setiap kali
melihatmu.
4. Ogowölö’ölö
nono da’ö wohalöŵö iada’a, tenga si manö
me no
Anak itu sekarang menjadi rajin bekerja,
bukan begitu
dulu.
- Ogogömi dödönia ba wa’abu dödö.
Hatinya
menjadi gelap karena berduka
- Ogoyo mbawania ba wofönu.
Mukanya
menjadi merah karena marah
4. Kata keterangan waktu
01. asese = sering 16. migu si lalö =
minggu lalu
02. lö mamalö = selalu 17. aefa migu = minggu depan
03. haŵaraö = jarang 18. migu fönada = minggu depan
04. itaria = kadang-kadang 19. ma’ökhö = hari ini
05. iada’a = sekarang 20. dania bongi = nanti malam
06. dania = nanti 21. me ndröfia = tahun lalu
07. mege = tadi 22.
me dua fakhe = 2 tahun lalu
08. menewi = kemarin 23. ba ndröfia = tahun depan
09. bohuna = barusan 24. ba zi dua fakhe = 2 tahun
depan
10. bohou ya’i = barusan
saja 25. me dua wongi = kemarin dulu
11. me owi = tadi malam 26. me tölu wongi = 3 hari yang
Lalu
12. dania owi = nanti malam 27. dua wongi tö = 2 hari lagi
13. aefa da’ö = sesudah itu 28. ba zi dua wongi = 2 hari lagi
14. föna da’ö = sebelum itu 29. tölu bongi tö = 3 hari lagi
15. me föna = dahulu 30. ba zi tölu bongi = 3 hari
lagi
31. si lö aetu = si ogötö’ö =
kekal
Keterangan waktu tradisionil Nias
berdasarkan perkembangan bulan di langit
- Bulan sabit hari pertama sampai dengan hari 14 disebut sambua desa’a sampai dengan fele’öfa desa’a.
Pada saat ini
bulan semakin lama semakin besar sampai pada hari ke 15 menjadi penuh yang
disebut bulan purnama.
- Hari ke lima belas disebut Tuli atau Te’o artinya bulan purnama.
- Setelah tuli bulan semakin lama semakin kecil sampai akhirnya menjadi kecil dan akhirnya hilang. Setelah Tuli atau Te’o (bulan purnama), maka perhitungannya sebagai berikut.
3.1. hari ke 16 = sambua gakhömita atau si
sese
3.2. hari ke 17 = dombua gakhömita atau börö
gofayaö
3.3. hari ke 18 = tölu gakhömita atau dombua
gofayaö.
3.4. hari ke 19 = öfa gakhömita atau tölu
gofayaö
3.5. hari ke 20 = lima gakhömita atau fasöndra zikho
3.6. hari ke 21 = önö gakhömita atau sikho
3.7. hari ke 22 = fitu gakhömita atau önö
gofayaö
3.8. hari ke 23 = ŵalu gakhömita atau fitu
gofayaö
3.9. hari ke 24 = siŵa gakhömita atau börö
mugu
3.10. hari ke
25 = fulu gakhömita atau mugu atau angekhula
3.11. hari ke
26 = felezara gakhömita atau börö ndriwakha
3.12. hari ke 27 = felendrua gakhömita atau talu ndriwakha
3.13. hari ke 28 = feledölu gakhömita atau ahakhöŵa
3.14. hari ke 29 = fele’öfa gakhömita atau fasulöna
3.15. hari ke 30 = pada hari ke 30
tidak diberi nama, karena kadang jadi kadang pula tidak jadi.
- KATA SAMBUNG
(Coniunctio)
1. Kata sambung yang mengumpulkan
Ba = dan
Na sa = lagi
Aefa da’ö
= sesudah itu
Contoh dalam kalimat.
- Ya’o zana’u idanö, ba ya’ugö zanasa figa.
Saya yang
mengangkut air, dan anda yang
mencuci piring
- Lima ngawua tö na sa mbanio andrö, baero zi no uta’u andre.
Lima buah lagi kelapa, selain yang telah saya
angkut.
- Möido ua mowöli i’a, ba aefa da’ö ulaudo ba gowi.
Saya pergi
membeli ikan, sesudah itu saya pergi ke kebun ubi.
2. Kata sambung yang memisahkan dan mengumpulkan
a. He da’e ba he da’ö = baik ini
maupun itu.
He nukha da’e, ba
he nukha da’ö faoma manö sökhi.
Baik kain ini, maupun
kain itu sama-sama baik.
b. Ba da’e ba ma … ba da’ö = di
sini atau … di sana
He omo ba da’e, ba ma omo ba da’ö ba oi manö khöda.
Rumah di sini atau rumah di sana semuanya kita punya.
3. Kata sambung yang menunjukkan pemilihan
a. He … he lö’ö = baik … maupun tidak
He möi ia he lö’ö ba
takoni manö ia.
Baik dia datang maupun tidak kita
undang dia.
b. hadia da’e ba ma da’ö = apakah yang ini atau yang itu
Hezo zomasi’ö, hadia da’e ba da’ö?
Mana anda suka, yang ini atau
yang itu?
4. Kata sambung yang menunjukkan pertentangan
a. Ba hiza = tetapi
No takaoni ia, ba hiza lö i’ondrasi.
Kita sudah mengundangnya, tetapi dia tidak datang.
b. Heŵa’ae = walaupun
Heŵa’ae na ato nikaoni, ba lö ato nituyu.
Walaupun banyak yang dipanggil, namun tidak banyak yang di-pilih.
5. Kata sambung yang menunjukkan sebab akibat.
Me no si manö = oleh karena
demikian
Börö me si manö = oleh sebab itu
Irege = sehingga
Irugi = sampai
Andrö, me no si manö = jadi, oleh
karena itu.
Andrö, me no si manö, andrö … =
Jadi, oleh karena demikian, maka …
6. Kata sambung yang menyatakan syarat
Na = bila
Na si manö = kalau begitu
Hamegara = apabila
Asala si manö = asalkan demikian
7. Kata sambung yang menyatakan tujuan
Ena’ö = supaya
Ta’alio’ö gaheda wofanö ena’ö lö fakhamö bongi ita.
Afu = supaya
Afu lö alau ami ba zaelo, andrö mifagogohe tanga.
Lö na atö = supaya tidak
Datahöna wowöli soguna khöda
ma’ökhö, lö na atö möi ita zui aefa
migu.
8. Kata sambung yang menyatakan waktu
Me luo da’ö = ketika itu; pada
waktu itu
Me no = dulu
Me föna = dahulu
Fatua = sementara : gasagasa = sementara
Hino = sedang; masanya
Lö na sa = belum
- Me luo da’ö ohahau dödö niha ba mbanua me oya ngawalö zoguna.
- Me no, me lö sökhi lala ba lö ohahau dödöda wanörö lala.
- Me föna me lö na köfa ba owo latörö niha.
- Fatua mosino okhoi’ö nukha.
- Datalau manunö gasagasa wombaloi ya’ira.
- Hino wemörö niha, böi mi’egebua’ö limi na fahuhuo.
- Lö na sa si so ia me urugi.
- KATA DEPAN
(Praepositio)
Kata depan dalam bahasa daerah
Nias dapat dibagi sebagai berikut:
1. Kata depan yang menyatakan arah
1.1. ba = di: pada
1.2. khö = kepada; untuk; bagi.
1.3. moroi = dari; daripada
1.4. moroi khö … = dari …
2. Kata depan yang menyatakan alat
Faoma … = dengan
Contoh:
Ibözi nasu faoma si’o.
Dia pukul anjing dengan tongkat
3. Kata depan yang menyatakan letak
1. yaŵa = atas
miyaŵa = arah ke atas
tanö yaŵa = sebelah atas
si yaŵa = di atas
2. tou = bawah
mitou = di bawah
si tou = arah ke bawah
tanö tou = sebelah bawah
3. föna = depan
miföna
= ke depan
tanö föna = sebelah depan
4. furi = belakang
mifuri = ke belakang
tanö furi = sebelah belakang
5. barö = di bawah (under dalam Bah.Inggris)
barö geu = di bawah pohon (under the
tree dalam Bah.Ing.)
6. tambai = sebelah
si tambai = yang sebelah
ba zi tambai = di sebelah
7. bakha =
dalam
si bakha = di
dalam
mibakha = arah ke dalam
tanö bakha = sebelah dalam
Catatan: kata mi dalam kata miyaŵa, mitou, mibakha berasal dari kata möi. Jadi sebenarnya begini möi
yaŵa, möi tou dan möi bakha.
Maksudnya ialah masuk ke arah.
8. baero = di luar
tanö baero = sebelah luar
möi baero = arah keluar
9. tete = atas (permukaan)
ba dete = di atas (permukaan) dapat dibandingkan
dengan
on
dalam bahasa Inggris.
Contoh:
Ba dete Meza = Di atas (permukaan)
meja
On the
table (bah. Inggris)
10. singa = pinggir
ba zinga = di pinggir
ba zinga nidanö = di pinggir
sungai
11. bewe = tepi
bewe nidanö = tepi sungai
bewe mba’a = tepi sumur
12. ngai = samping/rusuk
ba ngai = di samping
ngai nomo = samping rumah
ba ngai nomo = di samping rumah
4. Kata depan yang menyatakan jarak
1. otalua = antara
2. ba gotalua = di antara
3. otaluara = antara dua (mereka)
4. ba gotaluara = di antara dua (mereka)
Contoh dalam kalimat:
Otaluara Jakarta, Surabaya = antara Jakarta
dengan Surabaya
Ba gotalua nomora, so nomogu = di antara
rumah mereka,
terletak rumahku
Ba gotaluara Jakarta,
Surabaya, ba da’ö so Semarang
Di antara Jakarta
dengan Surabaya, terletak Semarang
Catatan:
-ra
berasal dari ira = mereka
, (koma) = dengan
- KATA SANDANG
(Articula)
Kata sandang dalam bahasa daerah
Nias sangat terbatas jumlahnya.
Kata sandang yang kita temukan
hanya si dan bila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia
sama dengan kata yang.
Contoh :
Si bohou = yang baru Si föföna = yang lama
Si sökhi = yang baik Si lö sökhi = yang buruk
Tetapi, sia’a
( sulung); sitatalu ( pertengahan) dan siakhi (bungsu)
bukan kata sandang. Oleh sebab itu tidak ditulis terpisah.
Masih ada lagi kata sandang yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia yaitu andrö.
Tetapi dapat kita padankan dengan kata the
dalam bahasa Inggris.
Omo andrö = rumah itu
Möi ba nomo andrö = Dia pergi ke
rumah itu.
He goes to
the house
I’amawa nomo andrö = Dia menjual
rumah itu
He sells
the house
Bandingkan dengan: Da’ö nomo nifamawania
→ menunjuk
Da’a nomo
nifamawania → menunjuk
Da’e nomo
nifamawania → menunjuk
Lalu kata andrö dan andre dapat
berfungsi sebagai kata sandang, hanya berbeda pada letak. Andrö letaknya jauh dan andre
letaknya dekat.
Contoh:
U’amawa nomo andrö = Saya jual
rumah itu (jauh)
Lö u’amawa nomo andre = Saya
tidak jual rumah ini (dekat)
- KATA SERU
(Interjectio)
Kata seru dalam bahasa daerah
Nias agak terbatas jumlahnya. Yang dapat kita temukan ialah
1. Oida = wah, aduh
2. Ai = aduh, wah
3. Alai = aduh ( biasanya pembicara ikut merasakan)
4. Harumani = Hebat sekali; betapa; mengapa ya
(Pembicara me-nyatakan keheranan dan penyesalan).
Contoh:
- Oida! No sa alau ia ba gureta = Aduh! Dia sudah jatuh dari sepeda
- Oida! No sa kala iata ba bola = Aduh! Kita sudah kalah di bola kaki.
- Ai! Hana sa wa lö möi’ö awönia. = Aduh! Mengapa anda tidak menemani dia.
- Ai! Lö sa omasido na lö öbulö’ö gamuatamu = Wah, saya tidak suka kalau anda tidak merobah kelakuan.
- Alai = aduh. Selalu diikuti oleh kata ganti orang si pembicara dan kata ganti orang yang dituju.
Alai ndra’o
ndra’ugö! Hana wa lö mangelama’ö.
Alai ndra’o ia! Hana
wa lö mangelama ia.
Alai ndrao ira!
Hana wa lö mangelama ira.
- Harumani! Ahöli dödögu, hana wa ara sibai tohare ia. = Aduh! Saya heran mengapa dia lama sekali datang
- Harumani ndra’ugö ga’a wa öröi ndrao ba lala. = Aduh abang, sampai hati abang meninggalkan saya di jalan.
KATA MAJEMUK
Sama dengan bahasa Indonesia,
bahasa daerah Nias juga mem-punyai kata majemuk yaitu dua kata yang sangat erat
hubungannya dan sulit untuk dipisahkan.
Contoh kata majemuk yang dapat
kita temukan dalam bahasa Nias.
01. bua mbaru = kancing baju
02. böbö talu = ikat pinggang
03. bu manu = bulu ayam
04. baŵa deu = musim hujan
05. baŵa lökhö = musim kemarau
06. haga luo = cahaya matahari
07. haga mbaŵa =
cahaya bulan
08. era’era dödö = pikiran
09. fa’ahakhö dödö = kasih karunia
10. fa’ebua dödö = anugerah
11. Fa’ebolo dödö = kesabaran
12. fa’aukhu dödö = kemarahan
13. fa’areu dödö = kemalasan
14. fa’aterou dödö = semangat
15. fa’abao dödö = kemarahan karena ketersinggungan
16. fa’atetutu dödö = ketersinggungan
17. fa’ide’ide dödö = rasa kecil hati
18. fa’afökhö dödö = kedengkian
19. fa’ohahau dödö = kebahagiaan
20. fa’ahono dödö = ketenangan
21. fa’abu dödö = dukacita
22. Fa’omuso dödö = sukacita
23. fa’ebua döi = kebanggaan
24. fa’ebua mbawa = kesombongan
25. ono meza = laci meja
26. ono kusi = anak kunci
27. uli zura = sampul surat
28. ono mbanua = penduduk desa
29. ono zekola = murid
30. naha nawu = dapur
31. ono gara = kerikil
Kata majemuk dalam bahasa daerah
Nias tegolong kata benda. Oleh sebab itu ia mengikuti aturan perubahan kata
benda, yaitu mempunyai bentuk pertama dan bentuk kedua. Dan kata majemuk yang berubah ialah yang pertama
sedangkan yang kedua tetap.
Contoh :
- Ilau mamönö bua mbarunia = dia memasang kancing bajunya.
- Hezo ö’öli mbua mbaru da’e? = dimana anda beli kancing baju ini?
- Haogö-haogö wanörö lala, me ato sibai nono zekola = Hati-hati berlalu lintas, karena siswa banyak sekali di jalan raya.
- Hadia ono zekola ndra’ugö? = Apakah anda seorang siswa?
- Noa sa tohöna so wa’ebolo dödögu = Sudah duluan ada kesabaranku.
- Hadia lö fa’ebolo dödö khöu = Apakah anda tidak memiliki kesabaran.
- Oi fa’ebolo dödö zoguna ba zi mane da’e. = Kesabaranlah yang perlu dalam keadaan seperti ini.
KATA BERULANG
Dalam bahasa daerah Nias kita
temukan juga kata berulang seperti dalam bahasa Indonesia. Untuk membedakan mana
kata berulang semu dan mana kata berulang sejati, maka kata berulang semu tidak
diberi tanda hubung. Sedangkan yang lain diberi tanda hubung.
1. Kata berulang semu
Contoh :
01. walöwalö
= buah kelapa yang masih kecil
02. wu’uwu’u
= buah yang masih kecil
03. röwiröwi =
sobekan
04. wo’uwo’u
= buah yang masih kecil
05. daludalu =
obat
06. danedane =
alas; dasar
07. balubalu =
penutup; tudung
08. wöliwöli =
semacam tanaman paku
09. duruduru =
semacam kayu yang kecul batangnya
10. towitowi =
merbah batu
11. tuwutuwu =
jendela atap
12. woyowoyo = bunga puar
13. ali’ali = gatal
14. asi’asi =
asin
15. kawakawa = kupu-kupu
16. lualua =
akibat
17. da’ida’i =
pelan-pelan
2. Kata berulang sejati
Contoh :
01. kara-kara = kerikil
02. bute-bute =
ujung daun (jamak)
03. töri-töri = kipas
04. hili-hili =
bukit
05. naere-naere = tanah miring
06. daha-daha = ranting (jamak)
07. turu-turu = ranting
08. riŵa-riŵa = kayu pelempar
09. sökhi-sökhi = sedang baik
10. aitö-aitö = hitam sekali
11. oyo-oyo = sangat merah
3. Kata berulang berawalan.
Berawalan mo-
01. mohili-hili = bergunung-gunung
02. molaza-laza = agak berlumpur
03. mo’ida-idanö = agak berair
04. mowöi-wöi = bertetesan
05. moruru-ruru = berisik
06. mo’ugu-ugu = bergemuruh
07. modele-dele = selalu
meringkik/ sedang meringkik
08. moloi-loi = selalu lari
08. mofina-finaeta =
berlapis-lapis
09. mondroto-ndroto = beruas-ruas
10. mondröndrö-ndröndrö = selalu
mengaum
11. mokhoi-khoi = bergaris-garis
12. molua-lua = berakibat
Berawalan ma-
13. manari-nari = sedang melambai atau selalu melambai
14. manaŵa-naŵa = bergelantungan
atau selalu tergantung
15. manörö-nörö = lalu lalang; berjalan-jalan
16. maliŵa-liŵa = selalu bergerak
atau sedang bergerak
Berawalan fa-
10. fahuo-huo = bercakap-cakap atau sedang bercakap
11. fawuka-wuka = sedang kusut
12. fahare-hare =
serba bertindihan
13. fariŵa-riŵa = saling bersilangan
4. kata sifat berulang sebagian
Kata berulang sebagian kita
temukan pada kata sifat.
Contoh :
01. alaŵa-laŵa = agak tinggi
02. adogo-dogo = agak pendek
03. awe’e-we’e = agak tebal
04. anifi-nifi = agak tipis
05. afusi-fusi/awuzi-wuzi = agak
putih
06. a’usö-usö/a’uzö-uzö = agak
kuning
07. ahou-hou = agak lambat
08. alio-lio = agak cepat
09. abölö-bölö = agak kuat
10. afiso-fiso/awizo-wizo = agak
tuli
11. afuo-fuo/awuo-wuo = agak kurus
12. esolo-solo/ezolo-zolo = agak
gemuk
13. atabö-tabö/adabö-dabö = agak
gemuk
14. owölö’ölö (berulang semu)
= rajin
15. asila-sila/azila-zila = mudah
terbelah
16. akötö-kötö = mudah
patah/pecah
17. afatö-fatö = mudah patah
18. oköliköli =
sangat kering
19. ofetu-fetu = berderak-derak
20. odufo-dufo = selalu kering
21. abasö-basö/abazö-bazö =
selalu basah atau lembab
22. anami-nami = agak manis
23. afeto-feto/awedo-wedo = agak
pahit
24. aisö-aisö/aizö-aizö (berulang
penuh) = agak asam
25. ahali-hali = agak anyir
26. aböu-böu = agak bau
27. amohu-mohua = agak harum
28. arö-röu = agak jauh
29. ahatö-hatö = agak dekat
30. aruru-ruru = agak
runtuh/selalu runtuh
31. adölö-dölö =
selalu-lurus/sangat lurus
32. ahiŵö-hiŵö = selalu bengkok
5. Kata kerja berulang
Bila kata kerja dalam bahasa
daerah Nias diulang baik yang berawalan maupun yang tidak, maka maksudnya ialah
menyatakan bahwa kegiatan itu sedang berlangsung atau selalu berulang-ulang.
Contoh :
01. mondri-mondri
= sedang mandi
02. manura-nura =
sedang menulis
03. mombaso-mbaso
= sedang membaca
04. möi-möi = selalu pergi
05. mofanö-fanö = selalu berjalan
06. mege’ege = selalu menangis; sedang menangis
07. a’igi-igi = sedang ketawa atau selalu ketawa
08. mangörö-ngörö
= selalu mundar mandir
09. omuso-muso
dödö = selalu gembira
Contoh kata kerja berulang dalam kalimat
01. Ŵa’ö
khönia, ma’ifu tö u’ondrasi ia, börö mondri-mondrido
na sa → saya sedang mandi dan bukan saya mandi-mandi.
02. Böi
ua gadu ndra’o, me manura-nurado →
saya sedang menulis dan bukan saya menulis-nulis.
03. Mombaso-mbaso manö halöŵönia, haŵaraö
fahuhuo ia. → selalu membaca dan bukan mebaca-baca
04. Möi-möi manö ia ba fasa, he so nihalö
he lö’ö. → selalu pergi
05. Lö
mamalö mofanö-fanö ia ba lö mangona-ngona → selalu pergi; selalu
tidak pamitan
06. Hana
wa mege’ege manö nono da’a. → selalu
menangis dan bukan menangis-nangis
07. A’igi-igi manö ndra’ugö, hadia zomuso
dödömö? → selalu ketawa
08. Ufaigi mangorö-ngörö manö ndra’ugö. → selalu
mundar mandir
09. Omuso-muso dödönia me lö ara tö
wangowalunia. → selalu gembira
10. lö
manö abubu dödömö andre, esolo manö ndra’ugö. → selalu tidak susah. Abubu berasal dari abu-abu tetapi mendapat pengerutan.
TEKANAN KATA
Takanan kata dalam bahasa daerah
Nias sedikti berbeda dengan tekanan kata dalam bahasa Indonesia. Perbedaan ini terutama
bila mengucapkan kata yang terdiri dari tiga suku kata. Kalau dalam bahasa Indonesia kata yang terdiri
dari tiga suku kata, tekanannya jatuh
pada suku kata ketiga atau terakhir.
Contoh:
Bekerja
Be-ker-ja
Be dan ker temponya
sama, tetapi ja lebih lama temponya
dari be dan ker. Akibatnya tekanan jatuh pada ja atau suku ketiga.
Dalam bahasa daerah Nias berbeda.
Contoh :
Mofanö
Mo-fa-nö
Mo dan nö sama temponya, tetapi fa lebih lama temponya dari mo
dan nö. Akibatnya tekanan jatuh pada
fa atau suku kedua.
Jadi tidak heran, kalau orang Nias yang
masih totok bahasa daerahnya, nampak kalau ia mengucapkan kata-kata bahasa
Indonesia yang terdiri dari tiga suku kata. Ia mengucapkan begini.
Be ker ja → tempo ker lebih
lama atau tekanan jatuh pada ker.
Ter se bar → tempo se lebih
lama atau tekanan jatuh pada se.
Mengapa demikian? Sebab sudah
terbiasa dengan tekanan bahasa daerah Nias yang tekanannya jatuh pada suku
kedua.
Tekanan yang lain ialah tekanan pada kata
yang terdiri dari dua suku kata. Bila tekanan berbeda, maka artinya bisa
berbeda.
Contoh:
Owi’ = nanti malam → tekanan jatuh pada wi. Jadi owi
sedangkan
‘owi = tebaslah → tekan jatuh
pada o. Jadi owi
Demikian juga kadang-kadang tekanan jatuh
pada suku kata ketiga bila kata tersebut terdiri dari tiga suku kata. Seihingga
kalau berbeda tekanannya maka artinya berbeda pula.
Contoh
Mame’e =
memberikan
Tempo me lebih lama dari tempo ‘e,
atau tekanan jatuh pada me.
Mame’e’ = membuat menangis
Tempo ‘e’ lebih lama dari me atau
tekanan jatuh pada ‘e’.
Penulisan tekanan kata seperti di atas
dalam bahasa daerah Nias belum ada keseragaman atau belum terbiasa. Sehingga
ada yang tertulis untuk kata membuat menangis dengan mame’ē dan ada yang tertulis dengan mame’e’.
Namun demikian
sepanjang pengamatan saya sekarang ini, tanda tekanan kata dalam bahasa daerah
Nias untuk kata tertentu ini, kurang diperhatikan dan hampir hilang. Untuk ini
saya mengusulkan penulisan yang kedua yaitu dengan tanda aksen, karena lebih
mudah seperti contoh di bawah ini.
- owi’ = nanti malam
- owi = tebaslah
- mame’e = memberi
- mame’e’ = membuat menangis
- e’e = kekek; bunuhlah
- e’e’ = menangislah
║
BAGIAN KEDUA
IMBUHAN
║
I AWALAN
1
AWALAN
PELAKU
Dalam bahasa daerah Nias kita
temukan awalan pelaku yang sulit kita cari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Awalan pelaku tersebut ialah
U- = awalan pelaku orang
pertama tunggal
Ö- = awalan pelaku orang
kedua tunggal
I- = awalan pelaku orang ketiga tunggal
Ma- = awalan pelaku orang pertama jamak (kami)
Ta- = awalan pelaku orang
pertama jamak (kita)
Mi- = awalan pelaku orang kedua jamak
La- = awalan pelaku orang
ketiga jamak
Contoh: bözi
ubözi = saya pukul mabözi
= kami pukul
öbözi = kau pukul tabözi = kita pukul
ibözi = dipukulnya mibözi = kalian pukul
labözi =
mereka pukul
awalan pelaku ini berlaku pada bentuk
tanggap (pasif). Dan bila menghendaki bentuk Pelaku (aktif), maka yang dipakai
ialah awalan ma- atau mo- dan akhiran pelaku atau kgo bentuk
kedua.
Contoh :
Bentuk pelaku Bentuk tanggap
Mamözido = Saya
memukul Ubözi = kupukul
Mamözi ndra’o
Mondrinodo = Saya memasak Urino = kumasak
Mondrino
ndra’o
2
AWALAN MA-
Awalan ma- berfungsi membentuk kata kerja bentuk infinitif, bila mengawali
kata kerja. Hal ini dapat disepadankan dengan awalan me- dalam bahasa Indonesia.
Awalan ma- hanya dapat mengawali
kata kerja yang berhuruf awal konsonan b, f, s, t, h dan semua vocal kecuali vocal ö dalam
kata öli
2.1. Bila awalan ma- mengawali kata kerja berhuruf awal b, maka huruf b berobah menjadi huruf m
Contoh:
Kata kerja dasar : kata
kerja berawalan ma-
01. badu = minum : mamadu =
meminum
02. bago = pukul : mamago =
memukul
03. basi = tuai
: mamasi =
menuai
04. be’e = beri : mame’e =
memberi
05. beta =
lepaskan : mameta =
melepaskan
06. bini’ö =
sembunyikan : mamini’ö
= menyembunyikan
07. bu’a =
bayar
: mamu’a =
membayar
08. bunu =
bunuh : mamunu
= membunuh
09. bogö =
panggang :
mamogö = memanggang
10. bokai = buka : mamokai =
membuka
11. bözi =
pukul :
mamözi = memukul
12. bözini = sapu : mamözini =
menyapu
2.2. Bila awalan ma- mengawali kata kerja yang berhuruf
awal f, maka f berubah menjadi m.
Contoh:
Kata kerja dasar
: Kata kerja berawalan ma-
01. faku = cangkullah : mamaku = mencangkul
02. fatö
= patahkan :
mamatö = mematahkan
03. felai = jilat : mamelai = menjilat
04. fera’ö = peras : mamera’ö = memeras
05. fesu = ikatlah : mamesu =
mengikat
06. fili = pilih : mamili = memilih
07. foe = raut : mamoe = meraut
08. fuyu’ö = putar : mamuyu’ö = memutar
09. fuli = kembalikan :
mamuli = mengembalikan
10. fofo = kikirlah (untuk gigi)
: mamofo = mengikir
11. föfö’ö = atur : mamöfö’ö = mengatur
12. faigi = lihat : mamaigi = melihat
13. fulö = remas : mamulö = meremas
14. fohu = tandai; lamar : mamohu = menandai; melamar
15. faogö = ikutkan;
sesuaikan : mamaogö = mengikutkan;
menyesuaikan
16. faomagö = samakan : mamaomagö = menyamakan
17. fali = lilit : mamali = melilit
2.3. Bila awalan ma- mengawali kata kerja berhuruf awal s, maka s berubah menjadi n.
Contoh :
Kata kerja : Kata kerja berawalan ma-
01. sahe = sambung :
manahe = menyambung
02. sala = goreng : manala
= menggoreng
03. saigö = sisakan : manaigö
= menyisakan
04. sanu = tebus : mananu
= menebus
05. sasai = cuci : manasai
= mencuci
06. saŵa = tempati : manaŵa
= menempati
07. sawö = lompati : manawö
= melompati
08. sekhegö = desak/periksa : manekhegö = mendesak/me-
meriksa
09. sila = belah : manila
= membelah
10. sika = robek : manika = merobek
11. söbi = tarik : manöbi = menarik
12. su’a = ukur : manu’a =
mengukur
13. sugi = tagih : manugi =
menagih
14. suno =
puji :
manuno = memuji
15. sura = tulis : manura = menulis
16. suwö =
serang; : manuwö = menyerang;
perangi
memerangi
17. sofu =
tanya : manofu = menyakan/bertanya
2.4. Bila awalan ma- mengawali kata kerja yang berhuruf
awal t, maka t berobaha menjadi n.
Contoh :
Kata kerja dasar : Kata kerja
berawalan ma-
01. taba = potong : manaba = memotong
02. tagö = curi : managö = mencuri
03. tagu = jahit : managu = menjahit
04. taha = tahan : manaha = menahan
05. tahigö = salahkan : manahigö = manyalahkan
06. tandra = uji : manandra
= menguji
07. tunö = ceritakan : manunö = bernyanyi
08. tutunö = ceritakan : manutunö = menceritakan
09. tarai = injak : manarai = menginjak
10. taru’ö = tancap : manaru’ö = menancap
11. taŵi = gantung : manaŵi = menggantung
12. tebu = lempar : manebu = melempar
13. ta’u = angkut : mana’u = mengangkut
14. tegu = larang : manegu = melarang
15. tehegö = izinkan : manehegö = mengizinkan
16. tema = terima : manema = menerima
17. tema li = jawab : manema li = menjawab
18. tibo’ö = buang : manibo’ö = membuang
19. tandraigö = coba : manandraigö = mencoba
20. töngö = tatap : manöngö = menatap
21. tuko = sentuh : manuko = menyentuh
22. timba = tangkis : manimba = menangkis
23. tifa = tendang : manifa = menendang
24. tuyu = pungut :
manuyu = memungut
25. tandro =
tahan : manandro = menahan
26. tezu = tinju :
manezu = meninju
27. taru = tanam : manaru = menanam
28. teu = petik : maneu = memetik
29. tika = robek : manika = merobek
30. tuturu = tunjuk : manuturu = menunjuk
31. töngöni = perhatikan : manöngö
= memeperhatikan
32. tufoi = alaskan ; : manufoi = mengalaskan;
lapiskan
lapiskan
2.5. Bila awalan ma- mengawali kata kerja yang berhuruf
awal h, maka sesudah awalan ma- diikuti huruf ng dan vocal yang sesuai dengan vocal awal dari kata kerja
tersebut.
Contoh :
Kata kerja kata kerja
berawalan ma-
01. halö = ambil : mangahalö = bekerja
Mangahalö ba danö = bercocok tanam
02. hakhösi tödö = kasihani : mangahakhösi tödö = mengasihani
03. haluni = lempari : mangahaluni = melempari
04. handro = tombaki : mangahandro = menombak
05. haogö = perbaiki : mangahaogö = memperbaiki
06. hare’ö = timpakan : mangahare’ö = menimpakan
07. hie = gantung : mangihie = menggantung
08. heta = lepaskan : mangeheta = melepaskan
09. hene = susuri : mangehene = menyusuri
10. herai = hinakan : mangeherai = menghina
11. hölu = robohkan : mangöhölu = merobohkan
12. höli = tebus : mangöhöli = menebus
13. honogöi = sempurnakan : mangohonogöi = menyempurna-
Kan
14. huku = hukumlah : manguhuku = menghukum
15. hundragö = injaklah : manguhundragö = menginjak
Dalam bahasa Nias ada kata kerja yang berawalan ma-
yang sudah melebur dengan huruf awal bentuk imperative. Contoh : mangai. Kata kerja mangai adalah bentuk sekunder. Sedangkan bentuk primernya ialah angai.
Prosesnya adalah sebagai berikut.
Angai (bentuk dasar atau primer, terletak pada bentuk imperative)
angai = mengambilah
mangai = mengambil → berawalan ma-
fangai = pengambilan → berawalan fa-
sangai = yang mengambil; yang melaksanakan; yang
memimpin; yang mengajar.
→ berawalan sa-
2.6. Bila awalan ma- mengawali kata kerja berhuruf awal
vocal, maka cukuplah menaruh ng
sesudah awalan ma-.
Contoh
Kata kerja dasar : kata kerja berawalan ma-
01. adugö = laporkan : mangadugö = melaporkan
02. ali’ = ganti : mangali’ = mengganti
: mangali = berganti
03. alui = cari : mangalui = mencari
04. andrö = minta : mangandrö = memintah; berdoa
05. alani = kalahkan : mangalani = mengalahkan
06. a = makan : manga = makan
07. ifi = mimpikan : mangifi = bermimpi
08. ila =
tau :
mangila = mengetahui
09. irö’ö =
simpan : mangirö’ö = menyimpan
10. isö =
ingini : mangisö = mengingini
11. iagö =
tempati : mangiagö
= menempati
12. e’esi = tangisi : mange’esi = manangisi
13. e’e = bunuh : mange’e
= membunuh
14. efa’ö = lepaskan
: mangefa’ö = melepaskan
15. erai =
hitung : mangerai =
menghitung
16. uri =
uri : manguri
= memelihara
17. elifi = kutuk : mangelifi
= mengutuk
18. orifi =
hidupkan : mangorifi
= menghidupkan;
Menyelamatkan
19. oni =
suruh : mangoni = menyuruh
20. oro’ö = ulurkan : mangoro’ö = mengulurkan
21. ötö = seberangi :
mangötö = menyeberangi
22. o’aya = ejek : mango’aya = mengejek
23. alaini = jebak : alaini = menjebak
2.7. Kata kerja berawalan ma- dan bentuk imperative.
Ada kalanya kita menemukan kesulitan
berhubung dengan awalan ma- pada
k.kerja berhuruf awal vocal (a) pada
bentuk imperative.
Contoh: mamözini salo dengan bözini zalo
Mamadu tuo dengan badu
duo
Mangabeto dengan mametosi
Mamemondri dengan mondri
Mange’e dengan mamunu
Mamözini berasal dari kata bözini
(kk.transitif) dan bukan dari amözini
(impr.)
Mamadu berasal dari kata badu
(k.kerja transitif) dan bukan dari amadu.
Tetapi mangabeto berasal dari kata angebeto (imperative).
Mametosi berasal dari kata betosi
(k.k.transitif)
Mamemondri berasal dari kata
femondri (k.kerja transitif).
Mondri berasal dari kata ondri
(imperative).
Jadi mondri adalah bentuk refleksif.
Mange’e berasal dari kata e’e
(kk.trans.) dan bukan dari ange’e
(imperative), karena a- merupakan
awalan imperative.
Mamunu berasal dari kata bunu
(k.k. trans).
Kesimpulannya:
Kadang-kadang kita dapat
menyimpulkan bahwa awalan ma- dapat
melebur pada huruf huruf awal dari bentuk imperative.
Contoh:
Angai (imperative) → mangai
(berawaln ma-)
Anöi (imperative) → manöi (berawalan ma-)
Gejala tersebut dapat dipakai untuk memudahkan pembentukan
imperative.
Contoh
Kata kerja dasar : k.kerja
berawalan : imperative
andrö : mangandrö : angandrö
e’esi : mange’esi : ange’esi
e’e :
mange’e : ange’e
alui : mangalui : angalui
adugö :
mangadugö : angadugö
erai : mangerai : angerai
uri : manguri : anguri
orifi : mangoirifi : angorifi
ötö : mangötö : angötö
oni : mangoni : mangoni
Kesimpulan
Awalan a- merupakan awalan
imperative dari kata kerja yang dapat menerima awalan ma-. Awalan ma- merupakan
awalan kata kerja.
2.8 .Bila
awalan ma- mengawali kata kerja
berulang, maka huruf awal dari kata kerja tersebut menyesuaikan dengan aturan
pada kata kerja dasar (k.kerja primer.)
Contoh:
1. taba
(kk. dasar) = potong
taba-taba
= (k.kerja berulang)
manaba-naba = sedang memotong
2. tegu (k.kerja dasar) = larang
tegu-tegu = (k. kerja berulang)
manegu-negu = sedang melarang
3. sekhegö = desak/ periksa
sekhe-sekhegö =
periksa berulang kali
manekhe-nekhegö = sedang memeriksa
4. felai = jilat
fela-felai = jilat berulang kali
mamela-melai = sedang menjilat
5. tutunö
= ceritakan
tutu-tutunö = menceritakan berulang kali
manutu-nutunö = sedang menceritakan
2.9. Bila awalan ma- mengawali kata kerja bersisipan,
maka ia mengikuti atauran biasa yaitu
merobah huruf awal dari kata kerja tersebut.
Contoh.
taba
= potong
tataba = potong berulang kali dan banyak →
sisipan ta
manataba = memotong berulang
kali dan banyak
tegu = larang
tetegu = larang berulang kali → sisipan te
manetegu
= melarang berulang kali dan banyak
tunö =
ceritakan
tutunö
= ceritakan berulang kali → sisipan tu
manutunö = menceritakan berulang kali dan
banyak
bu’a
= kupas
bubu’a = kupas berulang kali → sisipan bu
mamubu’a
= mengupas berulang kali
foe
= raut
fofoe = raut berulang kali → sisipan fo
mamofoe
= meraut berulang kali
6.
sila
= belah
Sisila = belah berulang kali → sisipan si
Manisila =
membelah berulang kali
7. tagu = jahit
Tatagu = jahit berulang
kali → sisipan ta
Manatagu = menjahit berulang kali
8. fesu = ikatlah
Fefesu = ikat berulang
kali → sisipan fe
Mamefesu
= mengikat berulang kali
2.9. Bila awalan ma- mengawali kata kerja yang tidak
mempunyai kata kerja bentuk primer, tetapi hanya mempunyai bentuk sekunder
(imperative), maka hasilnya adalah terbentuk kata kerja intransitive.
Contoh:
Imperatif :
Intransitif
01. a’iki = tertawalah : ma’iki =
tertawa
02. anao = membawalah : manao = membawa
03. angawuli = kembalilah :
mangawuli = kembali
04. anana = merayaplah : manana = merayap
05. angulu = mencairlah : mangulu = mencair
06. aniri = bergetarlah : maniri = bergetar
07. anöi = memanjatlah : manöi = memanjatlah
08. aliŵa = bergeraklah : maliŵa
= bergerak
09. angesa = bertobatlah :
mangesa = bertobat
10. aliwuto = berkembanglah : maliwuto
= berkembang
11. anunö = bernyanyilah : maliwuto = bernyanyi
12. e’e’ = menangislah : me’e’ = menangis
13. angai =
mengambillah : mangai = mengambil
Adakalanya intransitive berasal
dari kata benda dan dapat pula menghasilkan imperative.
Contoh :
Kata benda Intransitif Imperatif
1. urakaha mangurakha angurakha
hak menerima hak menerima haklah
2. era’era mangera-ngera angera-ngera
pikiran berpikir berpikirlah
3. adulo mangadulo angadulo
telur bertelur bertelurlah
4. simbo manimbo animbo
asap berasap berasaplah
3
AWALAN MO-
Awalan mo- sama dengan awalan ma-
yaitu berfungsi membentuk infinitive bila mengawali kata kerja bentuk dasar
(bentuk primer). Hal ini dapat disepadankan dengan awalan me- dalam bahasa Indonesia.
Tetapi bila mengawali kata benda, maka dapat disepadankan dengan awalan ber- dalam bahasa Indonesia.
Awalan mo- hanya dapat mengawali kata kerja berhuruf awal l, m, n, w, z,
k, kh, d, r dan kadang-kadang vocal o dan ö.
3.1. Bila awalan mo- mengawali kata kerja berhuruf awal l, m, n, w
dan, maka huruf-huruf tersebut tidak berubah.
Contoh :
Kata kerja : kata kerja
berawalan mo-
01. lau = lakukanlah : molau = melakukan
02. laŵa = lawan : molaŵa = melawan
03. lazi = himpit : molazi = menghimpit
04. limo = tipu : molimo = menipu
05. lului = bantu : molului = membantu
06. mama = remukkan :
momama = meremukkan
07. nae’ö = gantungkan : monae’ö = menggantungkan
bibit tanaman bibit tanaman
08. nakha = bujuk : monakha = membujuk
09. nganga = kunyah : monganga = mengunyah;
Makan sirih
10. nönö = tambah : monönö = menanmbah
Bertambah
11. gaini = pancing : mogaini = memancing
12. gule = gulai : mogule = menggulai
13. garagzini = gergajilah : mogaragazini = menggergaji
14. lulu = kendurkan : molulu = mengendurkan
15. zizi = tumpulkan : mozizi = menumpulkan
16. wu’ai =
ubah : mowu’ai = mengubah
17. zuzuni = pasoklah : mozuzuni = memasok
3.2. Bila awalan mo- mengawali kata kerja berhuruf awal kh dan k,
maka huruf tersebut berubah menjadi g.
Contoh :
Kata kerja dasar
: kata kerja berawalan mo-
01. kha’ai = garuk : moga’ai = menggaruk
02. khai = sadap; : mogai = menyadap;
toreh menoreh
03. khamö = capai : mogamö = mencapai
04. khao = gali : mogao = menggali
05. kharu = bongkar; : mogaru = membongkar;
gali
membongkar
06. khökhö = cincang : mogökhö = mencincang
07. khoi = gores : mogoi = menggores
08. khozi = bakar : mogozi = membakar
09. kaoni = panggil : mogaoni = memanggil
10. kata’ö = kritik : mogata’ö = mengkiritik
11. keani = kejutkan : mokeani =
mengejutkan
12. kea’ö = kejtukan : mokea’ö =
mengejutkan
Kecuali kedua kata
ini mokeani dan mokea’ö
13. koe = korek; cungkil : mogoe =
mengorek; mencungkil
14. ko’o = kubur; cungkil ; mogo’o = mengubur; mencungkil
Mogo’o gowi = mencungkil ubi
rambat
3.3. Bila walan mo- mengawali kata kerja yang berhuruf awal d dan
r, maka d dan r itu berubah menjadi ndr.
Contoh :
Kata kerja dasar : kata kerja berawalan
mo-
01. dali = asah
:
mondrali = mengasah
02. deha = cabut : mondreha = mencabut
03. dukhu = gosok : mondrukhu = menggosok
04. döni = tarik : mondröni = menarik
05. duhö = tutup : mondruhö = menutup
06. dou = pagut : mondrou = memagut
07. ra’u = tangkap : mondra’u = menangkap
08. ra’a = iris : mondra’a = mengiris
09. rara = redakan : mondrara = meredakan
Mondrara tödö =
menghibur
Mondrara faosa
= meredakan bisul agar
Sembuh
10. rino = masak : mondrino = memasak
11. rugi = sampailah : mondrugi = mencapai
12. röi = tinggalkan : mondröi = meninggalkan
3.4. Bila awalan mo- mengawali kata kerja bentuk imperative, maka
vokalnya melebur pada awalan imperative tersebut.
Contoh:
K.k. dasar: k.kerja
imperative : k.k.kerja berawalan mo-
1. eŵa = potong
: oleŵa = memotonglah: moleŵa =
memotong
2. o’ö = ikut : olo’ö = mengikutlah : molo’ö =
mengikuti
3. ohe = bawa : olohe = membawalah: molohe = membawa
4. okhoi’ö = jemur: olokhoi’ö = menjemurlah: molokhi’ö =
Menjemur
5. ohi = kejar
: olohi = mengejarlah : molohi =
mengejar
6. osi = seka
: olosi = menyekalah : molosi
= menyeka
7. osö = paku : olosö
= memakulah : molosö = memaku
8. owi = tebas : olowi
= menabsalah : molowi = menebas
Ternyata dalam bahasa daerah
Nias, bila awalan mo- mengawali kata
kerja berhuruf awal vocal, maka ada dua kemungkinan pem-bentukannya yaitu
- lewat bentuk imperative, lalu diberi awalan mo- dengan cara peleburan vocal. Contoh : eŵa → oleŵa → moleŵa
- langsung diberi awalan mo-, tetapi masih di-tambahkan huruf l. Contoh : eŵa → moleŵa
owi → molowi
Kecuali öli menjadi mowöli ditambah
huruf w
3.5. Bila awalan mo- mengawali kata benda, maka ia menyatakan
mempunyai benda yang dia awali atau menghasilkan benda yang diawalinya. Dalam
bahasa Indonesia
dapat disepadankan dengan awalan ber-.
Cara pembentukannya ialah langsung diberi awalan mo- tanpa menimbulkan perobahan.
Contoh :
Kata benda dasar : kata benda berawalan mo-
01. haga = cahaya
: mohaga = bercahaya; terang
02. luo = matahari : moluo = terang; siang
03. teu = hujan : moteu = turun hujan
04. li = suara; bunyi : moli = bersuara; berbunyi
05. fökhö = penyakit : mofökhö = sakit
06. hare = untung : mohare = beruntung
07. loyo = layar : moloyo = berlayar
08. nana = nanah : monana = bernanah
09. ana’a = emas : mo’ana’a = beremas; kaya
10. faya = bohong : mofaya = berbohong
11. adu = patung : mo’adu = berpatung
moadu = serasi
12. ono = anak : mo’ono = beranak
13. aya = perhiasan : mo’aya = memakai hiasan
14. hakhi = pelepah : mohakhi = berpelepah
15. töla = tulang : motöla = bertulang
16. daha = dahan : modaha = berdahan
3.6. Bila awalan mo- mengawali kata kerja yang tidak mempunyai
bentuk primer, tetapi hanya mempunyai bentuk sekunder (imperative), maka vocal
awal dari kata kerja tersebut melebur ke dalam vocal awalan mo- dan hsilnya dapat membentuk kata
kerja intransitive.
Contoh :
k.kerja sekunder (imperative) :
k. kerja berawalan mo-
1. ofanö = pergilah : mofanö = pergi
2. owaöwaö = berjalanlah : mowaöwaö = berjalan
3. olangi = berenanglah : molangi = berenang
4. olombase = beristerahatlah : molombase = beristerahat
5. oloi = larilah : moloi = berlari; lari
6. olemba = berpeganglah : molemba = berpegang
3.7. Bila awalan mo- mengawali kata benda atau yang dibendakan
(abstrak), maka ia menyatakan mempunyai benda atau yang dibendakan tesebut.
Cara pembentukannya tidak menimbulkan perubahan pada kata yang diawalinya.
Contoh :
k. benda/yang dibendakan : k. benda/ yang dibendakan ber-
awalan mo-
1. sumange = hormat : mosumange = mempunyai
hormat atau berwibawa
2. lakhömi = kemuliaan : molakhömi = mulia
3. baru = baju : mobaru = berbaju
4. badagahe = sepatu : mobadagahe = bersepatu
5. omo = rumah : mo’omo = berumah
6. bowo = bunga : mobowo = berbunga
3.8. perbedaan awalan ma- dan awalan mo-
Kedua awalan ini dalam bahasa daerah Nias sangat dekat sekali, sehingga tidak jarang menimbulkan
kebingungan. Oleh sebab itu, ada baiknya kita mengenal perbedaannya.
Perbedaannya ialah
Awalan ma-
hanya dapat mengawali kata kerja berhuruf awal h, b, s, t dan semua vocal
kecuali ada beberapa o dan ö. Awalan ma-
dalam bahasa daerah Nias dapat disepadan-kan dengan awalan me- dalam bahasa Indonesia.
Awalan
mo- hanya dapat mengawali kata kerja berhuruf awal d, k, l, m, n, r, w, z
d, vocal o dan ö. Contoh kata obö
(tebang) menjadi molobö, owi (tebas) menjadi molowi dan vocal ö dalam kata öli (beli) menjadi mowöli. Awalan mo-
dalam bahasa daerah Nias dapat disepadankan dengan awalan me- dan kadang-kadang
dengan awalan ber- dalam bahasa Indonesia.
Bila awalan ma- mengawali kata benda, maka ia
menghasilkan bentuk kata kerja intransitive.
Misalnya
baru
→ mamaru = mengenakan baju
saraeŵa → manaraeŵa = mengenakan celana
badagahe → mamadagahe = mengenakan sepatu
Bila dibandingkan awalan ma- dan mo- yang dapat mengawali kata
benda yang sama maka yang terjadi adalah sebagai berikut.
Awalan ma- menyatakan kegiatan terhadap benda
tersebut.
Awalan mo- menyatakan hasil dari benda itu
atau memiliki benda tersebut.
Contoh :
Kata benda : k.b.
diawali ma- : K. b. diawali mo-
1. tögi : manögi : motögi
lubang :
melubangi :
berlubang
2. faku : mamaku : mofaku
cangkul :
mencangkul :
bercangkul
3. fanikha : mamanikha :
mofanikha
minyak : meminyaki :
berminyak
4. solo : manolo :
mosolo
obor :
memasang obor :
berobor
5. baru : mamaru :
mobaru
baju : mengenakan baju :
berbaju
6. töri : manöri : motöri
kipas : mengipas :
berkipas
7. öli : mangöli : mo’öli
pagar :
memagar :
berpagar
5. awalan ma- dapat mengawali kata sifat, sedangkan awalan mo-
tidak dapat mengawali kata sifat. Bila awalan ma- mengawali kata sifat, maka ia mengalami nasalisasi dan
fungsinya ialah menirukan sifat dari kata sifat tersebut atau berpura-pura
seperti kata sifat tersebut. Hal ini ada hubungannya dengan imperative.
Contoh :
kata sifat : berawalan
ma- : bentuk imperative
1. ebua : mangosebua : osebua
besar
: meniru sifat besar; : seperti besarlah
angkuh
2. atulö : mangosatulö : osatulö
saleh :
berpura-pura saleh : berpura-pura
salehlah
3. abölö : mangosabölö : osabölö
kuat : berlaku
seperti kuat : berlaku
seperti orang kuatlah
4
AWALAN FA-
4.1. Bila awalan fa- mengawali kata benda, maka ia mengobah kata
benda menjadi kata kerja intransitive. Pembentukannya sebagai berikut. Bila
mengawali kata benda berhuruf awal b, maka huruf b berubah menjadi w. Bila
mengawali kata benda berhuruf awal vocal, s, h, l, t, g dan w, maka tidak ada
perubahan.
Contoh :
Kata
benda : kata benda
berawalan fa-
01. bude = kelakar : fawude = berkelakar
02. sala = salah : fawude = berkelakar
03. högö = kepala : fahögö = berpasangan
04. lela = lidah : falela
= berbohong
05. hokha = main-main; : fahokha = bermain-main; meng-
keinginan kepada lawan : ingini lawan jenis
jenis
06. huhuo = pidato; bicara : fahuhuo = berpidato; berbicara
07. tuo = sengat : fatuo = menyengat
08. guagua = bicara tidak : faguagua = berbicara tidak
teratur teratur
09. ama = ayah : fa’ama = panggil bapa
10. ina = ibu : fa’ina
= panggil ibu
11. ono = anak : fa’ono = panggil anak
12. udu = musuh; lawan : fa’udu = bermusuhan
13. weawea = percakapan : faweawea = bercakap secara tidak
yang tidak teratur teratur
Khusus kata serapan dari bahasa
lain, tidak mengalami perobahan pada huruf awal, walaupun kata tersebut
berhuruf awal b.
Contoh : bola menjadi fabola dan
bukan fambola.
4.2. Bila awalan fa- mengawali
kata sifat, maka ia menghasilkan kata yang dibendakan. Dan dapat
disepadankan dengan akhiran –nya
yang mengakhiri kata sifat dalam bahasa Indenesia.
Contoh :
Kata sifat : kata sifat berawalan
fa-
01. ahatö = dekat : fa’ahatö = jarak; dekatnya
02. aröu = jauh : fa’aröu = jauhnya
03. alaŵa = tinggi : fa’alaŵa = tingginya
04. abakha = dalam : fa’abakha = dalamnya
05. ebolo = lebar : fa’ebolo = lebarnya
06. anau = panjang : fa’anau = panjangnya
4.3. Bila awalan fa- mengawali kata kerja, maka ia menyatakan alat
(kata benda) atau perihal dari kata kerja tersebut, sehingga kata kerja menjadi
kata benda.
Contoh :
Kata
kerja : kata kerja berawalan fa-
01. bunu = hapus : famunu = alat menghapus
02. bago = pukul : famago = alat memukul
03. beta = keluarkan : fameta = alat untuk mengeluarkan
04. bu’a = bayar : famu’a = pembayaran
05. wuwu = turunkan; : famuwu = alat untuk menurunkan;
kurangi alat untuk
mengurangi
06. fera = peras : famera = alat untuk memeras
07. fofo = kikir : famofo = pengikir
08. sura = tulis : fanura = alat
untuk menulis;
penulisan
09. tagu = jahit : fanagu = alat untuk menjahit;
penjahitan
10. ta’u = angkut : fana’u = alat untuk mengangkut
11. tunu = bakar : fanunu = pembakar
12. ali = ganti : fangali = pengganti
13. andrö = minta : fangandrö = hal meminta
14. efa’ö = lepaskan : fangefa’ö = pelepasan
15. erai = hitung : fangerai = perhitungan
Cara awalan fa- bila mengawali kata kerja, sama caranya dengan awalan ma- bila mengawali kata kerja.
4.4. Awalan fa- dapat juga mengawali kata kerja bentuk primer dan
imperative.
Bila awalan fa- mengawali kata kerja berhuruf awal vocal, maka caranya sama
dengan awalan ma- bila mengawali
kata kerja berhuruf awal vocal.
Contoh :
K. k. berhuruf awal vocal : kata kerja berawalan fa-
1. e’e = bunuhlah : fange’e = pembunuhan
2. o’oi = kikislah : fango’oi = pengikisan
3. uri = peliharalah : fanguri = pemeliharaan
4. orifi = hidupkan : fangorifi = penghidupan
5. fuli = kembalikan : famuli = pengembalian
Bila mengawali kata kerja bentuk
imperative, maka yang terjadi ialah vocal awal dari imperative melebur kedalam
vocal awalan fa-
1. ange’e →
fange’e
2. ango’oi → fango’oi
3. anguri → fanguri
4. angorifi → fangorifi
5. amuli → famuli
4.5. Bila awalan fa- mengawali kata kerja dan tidak sampai mengubah
huruf awal dari kata kerja, maka ia menyatakan resiprok atau dapat.
Contoh perbandingan:
bago
bila merobah → famago = alat untuk memukul
bago
bila tidak mengubah → fabago = dapat
memukul; berkelahi
fame’e = hal memberi. Sedangkan fabe’e = dapat saling memberi
Contoh :
Kata kerja : k.kerja berawalan fa-
tanpa berubah
01. kaoni = panggil : fakaoni = dapat saling mengundang
02. be’e = berikan : fabe’e = dapat saling memberi
03. bidi = buat sirih : fabidi = dapat saling membuat sirih
04. bago = pukul : fabago = dapat saling
memukul;
Berkelahi
05. bözi = pukul : fabözi = dapat saling
memukul
06. tuo = sengat : fatuo
= dapat menyengat
07. tunu = bakar : fatunu = saling membakar
08. tolo = tolong : fatolo = saling bertolongan
09. tuko = sentuh : fatuko = dapat menyentuh
10. koe = korek : fakoe = dapat mengorek
Dari kata kerja berawalan fa- ini
dapat dibentuk kata majemuk.
Contoh:
fakaoni falöŵa = dapat saling mengundang di
pesta
fabidi afo = dapat saling membuar sirih
fabe’e ö = dapat saling memberi makanan
fatuko bawa
= saling menyentuh mulut
fakoe ahe
= saling mengorek kaki
4.6. Bila awalan fa- mengawali kata benda berulang, maka ia
menyatakan pembicaraan secara berulang kali.
Contoh :
Fa’i’a’i’a manö ndra’ugö = anda
berulang kali bicara ikan.
Fakue-kue manö ia = dia berulang kali bicara kue
5
AWALAN FO-
5.1. Bila awalan fo- mengawali kata benda, maka ia menyatakan
memberi atau menyuruh kenakan benda itu.
Contoh :
Kata benda : kata benda berawalan fo-
1. baru = baju : fobaru = kenakan baju
2. saraeŵa = celana :
fosaraeŵa = kenakan celana
3. badagahe = sepatu :
fobadagahe = kenakan sepatu
4. sinema = penerimaan :
fosinema = beri penerimaan
5. manu = ayam : fomanu = beri ayam, maksudnya beri
hadiah. Biasanya kepada pihak yang dihormati.
5.2. Bila awalan fo- mengawali kata kerja, maka ia menyatakan sifat
atau kegiatan atau alat yang sesuai dengan kata kerja tersebut.
Contoh :
Kata kerja : kata kerja berawalan
fo-
01. baso = baca : fombaso = bacaan
02. lau = lakukanlah : folau = alat untuk melakukan
03. laŵa = lawan : folaŵa = perlawanan
04. lazi = himpit : folazi = alat untuk menghimpit
05. gaini = pancing : fogaini = alat untuk memancing
06. khoi = gores : fogoi = penggores
07. kaoni = panggil : fogaoni = pemanggilan
08. dali = asah : fondrali = pengasah
09. deha = cabut : fondreha = pencabut
10. duhö = tutup : fondruhö = penutup
11. rino = masak : fondrino = alat untuk memasak;
perihal memasak
12. eŵa = potong : foleŵa = alat untuk memotong
13. obö = tebang : folobö = alat untuk menebang
14. ohi = kejar : folohi = pengejar
Cara awalan fo- mengawali kata
kerja sama dengan cara awalan mo- mengawali kata kerja.
5.3. Bila awalan fo-
menagawali kata sifat, mka ia menyatakan berlaku seperti kata sifat tersebut.
Contoh :
Kata sifat : kata sifat berawalan fo-
1. ebua = besar : fosebua = berlaku besarlah
2. atulö = tulus : fosatulö = berlaku tuluslah
3. ide’ide = kecil : foside’ide = berlaku kecillah
4. atua = tua : fosatua = berlaku tualah
5. töra = lebih : fositöra = buatlah lebih
6 AWALAN
SI-
Bila awalan si- mengawali kata kerja, maka ia mengubahkata kerja tersebut
menjadi kata benda. Atau sepadan dengan gabungan awalan pe- dengan akhiran –an
dalam bahasa Indonesia.
Bila awalan si- mengawali kata kerja berhuruf awal s dan t, maka s dan t itu
berubah menjadi n.
Contoh:
Kata kerja : kata kerja berawalan si- = k. benda
1. sofu = tanya : sinofu = pertanyaan
2. söndra = dapat : sinöndra = pendapatan;
penghasilan
3. taba = potong : sinaba = potongan
4. tagö = curi : sinagö = curian
5. taha = tahan : sinaha = daya tahan
6. tandra = tanda : sinandra = gadis yang
dilamar
7. tanö = tanam : sinanö = tanaman
8. tegu = larang : sinegu = larangan
9. tema = terima : sinema = penerimaan
7
AWALAN MU-
7.1. Bila awalan mu-
mengawali kata kerja, maka ia dapat menghasilkan kata kerja tanggap (pasif).
Awalan mu- dapat disepadankan dengan
awalan di- dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Kata kerja
: kata kerja berawalan mu-
01. tema = terima : mutema = diterima
02. be’e = beri : mube’e = diberi
03. taba = potong : mutaba = dipotong
04. baso = baca : mubaso = dibaca
05. sura = tulis : musura = ditulis
06. ohe = bawa : mu’ohe = dibawa
07. bözi = pukul : mubözi = dipukul
08. sasai = cuci : musasai
= dicuci
09. rino =
masak : murino = dimasak
10. tunu = bakar : mutunu = dibakar
Dalam bahasa daerah Nias
sekarang, ada kerancuan dalam pemakain awalan la- (awalan pelaku) dengan awalan mu- (awalan tanggap).
Contoh :
1. mutema = diterima : latema = mereka terima
2. mube’e = diberi : labe’e = mereka beri
3. murino = dimasak
: larino = mereka masak
Seharusnya mutema, mube’e, murino dsb, tetapi dalam bahasa percakapan
sehari-hari orang mengatakan latema,
labe’e dan larino dsb, walaupun
yang ia maksud adalah mutema =
diterima; mube’e = diberi; murino = dimasak dsb.
7.2. Awalan mu- dapat pula membentuk suatu kata yang menyatakan
hasil dari kata dasar yang diawalinya. Atau menghasilkan kata kerja
intransitive.
Contoh :
Kata dasar
: kata berawalan mu-
01. haga = cahaya : muhaga
= bercahaya
02. hede = bicaralah : muhede = berbicara
03. zizio = berdirilah : muzizio = berdiri
04. dadao = duduklah :
mudadao = duduk
05. ao = berteriaklah : mu’ao = berteriak
06. ira = berteriaklah : mu’ira = berteriak
07. taroni = duduki : mutaroni = menduduki
08. ini’ini = kelap kelip : mu’ini’ini = berkelap kelip
09. awa = lingkaran : mu’awa = mengitari; liar
10. hola-hola = nyala : muhola-hola = menyala-nyala
muhola = bernyala
11. heuheu = goyangan : muheuheu = bergoyang
12. ledoledo = ampung-ampung:
muledo = mengampung
13. deledele = teriakan babi : mudele = babi berteriak
14. iti’iti = bunyi benda dalam :
mu’iti = bergoncang untuk benda
ruang kosong kecil dalam ruang
kosong
15. otu’otu = buih : mu’otu’otu = berbuih
Awalan mu- di atas, sebenarnya merupakan kerancuan dari awalan mo-.
Contoh:
1 muhaga seharusnya mohaga
2. muhede seharusnya mohede
3. mudadao seharusnya modadao
4. mu’ao seharusnya moa’o
5. muhola seharusnya mohola
Tetapi dalam percakapan
sehari-hari hal ini kurang diperhatikan, mana yang seharusnya, sehingga
menghasilkan suatu kerancuan, artinya memang salah tetapi diterima umum dan
dimengerti umum.
7.3. Bila awalan mu- mengalami pertukaran huruf pada kata yang
diawalinya, maka maksudnya ialah menyatakan bahwa kegiatan itu sudah
berlangsung.
Contoh :
Berawalan mu- bertukar
huruf
1. muhede = berbicara : humede = sudah berbicara
2. muhola = menyala : humola = sudah menyala
3. mudadao = duduk : dumadao = sudah duduk
4. musindro = berdiri : sumindro = sudah berdiri
5. muzizio = berdiri :
zumizio = sudah berdiri
6. muzaŵa = terangkat :
zumaŵa = sudah terangkat
7. mukaoni = dipanggil : kumaoni = sudah dipanggil
7.4. Awalan mu- dapat berubah fungsi.
Pada umumnya awalan mu- membentuk
kata kerja tanggap. Tetapi adakalanya juga membentuk kata kerja pelaku. Hal ini
terjadi bila kata kerja tersebut duduk sebagai kata kerja infinitive dalam
kalimat.
Contoh :
- Möi ndra’o mufaigi zofökhö → awalan mu-
Möi
ndra’o mamaigi sofökhö → awalan
ma-
Saya pergi
melihat orang sakit
2. Möi ia mutema mbuala → awalan mu-
Möi
ia manema buala → awalan ma-
Saya pergi menerima hadiah
Sebenarnya hal ini merupakan
bentuk-bentuk infinitive, karena bentuk infinitive dalam bahasa daerah Nias ada
tiga macam.
1. Möido mamaigi sofökhö →
berawalan ma-
Möido
mufaigi zofökhö → berawalan mu-
Möido
waigi zofökhö → bentuk pengerutan
Terjemahannya sama = Saya
pergi melihat orang sakit
2. Möido manema buala → berawalan ma-
Möido mutema mbuala → berawalan mu-
Möido wanema buala → (kekecualian)
Terjemahannya sama = Saya
pergi menerima hadiah
8 AWALAN FE-
Awalan fe- berfungsi membentuk kata benda dari kata kerja.
Contoh :
Kata kerja : kata benda
1. maoso = bangun : femaoso = kebangkitan
2. mondri = mandi : femondri = hal mandi;
Dapat juga berarti mandikan (k.kerja)
3. mörö = tidur : femörö = hal tidur
4. malu = berburu : femalu = perburuan
5. manga = makan : femanga = hal makan;
Dapat juga berarti beri makan
9 AWALAN TE-
DAN TO-
Kedua awalan ini dapat
disepadankan dengan awalan ter- dalam bahasa Indonesia.
Awalan te- dan to- berfungsi
membentuk kata kerja intransitive pasif. Kedua awalan ini berbeda dalam
mengawali kata kerja.
Awalan te- mengawali semua kata kerja yang tidak berhuruf akhir ö, walaupun ada beberapa kekecualian.
Awalan to- hanya menawali kata kerja yang berhuruf akhir ö, walaupun ada beberapa kekecualian.
Contoh kata kerja yang dapat
diawali te-
Kata kerja
: kata kerja yang berawalan te-
01. taba = potong : tetaba = terpotong
02. halö = ambil : tehalö = terambil - kecuali
03. ali = ganti : te’ali = terganti
04. elifi =
kutuk : te’elifi = terkutuk
05. lau = laksanakan : telau = terlaksana
06. khamö = capai : tekhamö = tercapai
- kecuali
07. khozi = bakar : tekhozi = terbakar
08. nönö = tambah : tenönö
= tertambah – kecuali
09. fana = tembak : tefana = teertembak
10. bokai = buka : tebokai = terbuka
11. hawui = siram : tehawui = tersiram
12. beta = lepaskan : tebeta =
terlepas
13. heta = lepaskan : teheta = terlepas
14. bu’a = bayar : tebu’a = terbayar
15. sahe = sambung : tesahe = tersambung
16. sasai =
cuci :
tesasai = tercuci
17. söbi = tarik : tesöbi = tertarik
18. döni = tarik : tedöni = tertarik
Dari contoh di atas ada beberapa
kekecualian, yaitu halö, khamö, nönö tidak
berawaln to- tetapi berawalan te-. Hal tersebut dapat diketahui kalau
sudah biasa dan tidak harus dihafal.
Contoh kata kerja yang dapat
berawaln to-
Kata kerja
: kata keraja berawalan to-
01. bini’ö = sembunyikan : tobini
= tersembunyi
02. fera’ö = peras : tofera = terperas
03. föfö’ö = atur; pisahkan : toföfö
= teratur; terpisah
04. saigö = sisakan : tosai = tersisa
05. lazi’ö = jepit : tolazi = terjepit
06. bali’ö = balikkan : tobali = terbalik
07. elegö =
nyatakan : to’ele = ternyata; nampak
08. ke’aö = kejutkan : tokea = terkejut
09. taögö = tanggung; halang :
totaö = terhalang
10. gehagö= goyangkan : togeha = tergoyang
11. fanaö = lemparkan : tofana = terlempar
12. balugö = tutup; selimuti : tobalu
= tertutup; terselimuti
13. regegö = desak; geser sampai batas: torege = terdesak; kritis
14. hönagö = sediakan : tohöna = sudah kian; tersedia
15. röi = tinggalkan : toröi = tertinggal → kekecualian
Bila kata kerja diberi awalan to-, maka suku kata terakhir dari kata
kerja tersebut menjadi hilang.
Contoh :
bini’ö → bi-ni-‘ö
suku terakhir -‘ö hilang,
menjadi to-bi-ni.
Gehagö → ge-ha-gö suku terakhir
– gö hilang,
menjadi to-ge-ha
Kekecualian dari contoh di atas
ialah röi, tidak berhuruf akhir ö,
namun dapat menerima awalan to-
10
AWALAN NI-
Awalan ni- berfungsi membentuk partisipel pasif (kata benda tanggap yang
berasal dari kata kerja). Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan
dengan yang di-.
Awalan ni- tidak merobah huruf awal dari kata kerja yang di-awalinya.
Kata kerja : kata kerja berawalan ni-
1. be’e = beri : nibe’e = yang diberi
2. bözi = pukul : nibözi = yang dipukul
3. halo = ambil : nihalö = yang diambil
4. kaoni = panggil : nikaoni = yang dipanggil
5. ohe = bawa : ni’ohe = yang dibawa
11
AWALAN SA- DAN SO-
Awalan sa- mengikuti aturan awalan ma-.
Awalan so- mengikuti aturan awalan so-.
Awalan sa- dan so-, bila
mengawali kata kerja, maka ia mem-bentuk partisipel aktif (kata benda pelaku
yang berasal dari kata kerja). Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan
dengan yang me- atau awalan pe-.
Contoh kata kerja berawalan sa-
Kata kerja
: kata kerja berawalan sa-
01. alui = cari : sangalui = yang mencari
02. basi = tuai : samasi = yang menuai
03. bözi = pukul : samözi = yang memukul
04. fesu = ikatlah : samesu = yang mengikat
05. tagö = curi : sanagö = pencuri
06. orifi = selamatkan : sangorifi = penyelamat
07. höli = tebus : sangöhöli = penebus
08. tagu = jahit : sanagu = penjahit
09. söbi = tarik : sanöbi = yang menarik
10. sugi = tagih : sanugi = penagih
Contoh kata kerja so-
Kata kerja : kata kerja berawalan so-
01. döni = tarik : sondröni = yang menarik
02. lau = lakukan : solau = yang melakukan
03. mama = remukkan : somama = yang meremukkan
04. nganga = kunyah : songanga = pengunyah
Makan sirih pemakan sirih
05. gaini = pancing : sogaini = pemancing
06. wu’ai = ubah : sowu’ai = pengubah
07. zizi = tumpulkan : sozizi = penumpul
08. kha’ai = garuk : soga’ai = yang menggaruk
09. kaoni = undang : sogaoni = pengundang
10. ohe = bawa : solohe = yang membawa
Awalan so- sama seperti awalan mo-,
dapat juga mengawali kata benda. Kalau awalan so- mengawali kata benda, maka ia
menyata-kan pemilik benda tersebut.
Contoh :
Kata benda : kata benda
berawalan so-
01. aya = hiasan : so’aya = pemilik hiasan; tuan.
02. baru = baju : sobaru = pemilik baju
03. omo = rumah : so’omo = pemilik rumah
04. adu = patung : so’adu = pemilik patung
05. asu = anjing : so’asu = pemilik anjing
Oleh karena awalan sa- dan so- membentuk kata benda, maka ia mempunyai bentuk kedua yaitu sa- menjadi za- dan so- menjadi zo-.
Contoh :
1. Samesu asu niha da’ö = orang yang mengikat anjing orang itu.
2. No ukaoni zamesu asu = Saya
sudah memanggil orang yang me-ngikat anjing.
3. Heza so zo’omo ba da’e? =
Dimana tuan rumah di sini?
4. Lö so’omo ba da’e. = Di sini
tidak ada tuan rumah
Perhatikan
Samesu = orang yang mengikat
Famesu = alat pengikat
Sondröni = orang yang menarik (menghela)
Fondröni = alat untuk menarik
12
AWALAN FANG-
Awalan ini berbeda dengan awalan fa- yang mengawali kata sifat yang
sudah diuraikan sebelumnya. Memang awalan ini mengawali kata sifat, tetapi
masih diikuti oleh ng atau nasalisasi.
Perhatikan perbedaannya
1. fa’esolo = gemuknya
: fangesolo = penggemuk
2. fa’afuo = kurusnya : fangafuo
= alat yang membuat kurus
Jadi awalan fang- ini, bila mengawali kata sifat, maka ia menyatakan alat yang
mengobah sesuatu benda menurut sifat yang dinyatakan kata sifat yang diawalinya.
Contoh :
Kata sifat
: kata sifat berawalan fang-
01. alaŵa = tinggi : fangalaŵa = peninggi
02. adogo = pendek : fangadogo = pemendek
03. ebolo = lebar : fangebolo = pelebar
04. abakha = dalam
: fangabakha
= pendalam
05. atabö = subur
: fangatabö = penyubur
06. afusi = putih : fangafusi = pemutih
07. aitö = hitam : fangaitö = penghitam
08. oyo = merah : fangoyo = pemerah
09. ebua = besar : fangebua = alat pembesar
10. ara = lama : fangara = hal yang membuat lambat
11. alio = cepat : fangalio = pencepat
12. adölö = lurus : fangadölö = pelurus
13
AWALAN FA’A-
Awalan fa’a- bila mengawali kata sifat, maka ia menyatakan hal tenang
sifat itu. Dia dapat disepadankan dengan awalan ke- digabung dengan akhiran –kan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Kata sifat
: kata sifat berawalan fa’a-
1. sökhi = cantik : fa’asökhi = kecantikan
2. tedou = maju : fa’atedou = kemajuan
3. duhu = benar : fa’aduhu = kebenaran
4. alio = cepat : fa’alio = kecepatan
5. ahou = lambat : fa’ahou =
kelambatan
Baik kata yang diawali awalan fang- maupun yang diawali fa’a- tergolong kata benda. Oleh sebab
itu ia juga mempunyai bentuk kedua.
Contoh :
1 Hadia so khöu wangatabö zinanö? f berubah
menjadi w
Apakah anda mempunyai
pupuk?
2. Lö khögu fangatabö zinanö.
Saya tidak mempunyai pupuk
3. Hadia so wa’atedou wangi’ilania?
Apakah ada kemajuan pengetahuannya?
4. Lö fa’atedou wangi’ilania.
Tidak ada kemajuan pengetahuannya.
14
AWALAN O-
Awalan o- dalam bahasa daerah Nias tidak ada padanannya pada awalan dalam
bahasa Indonesia.
Awalan o- dalam bahasa daerah Nias
ada empat fungsinya.
- Bila mengawali kata benda, maka dapat diterjemahkan dengan anggap seperti.
Contoh :
Olikhe = anggap seperti lidi
Olae
= anggap selebar daun pisang
Ta’olikhe gawöni = pohon beringin
kita anggap sebesar lidi.
Ta’olae guli nasi = permukaan laut kita anggap selebar daun
pisang.
- Bila mengawali kata benda hidup (manusia), maka dapat berarti panggil dan bila benda mati atau bukan manusia maka berarti jadikan ….mu.
Contoh :
1. Osibaya = panggil paman
2. O’ina = panggil ibu
3. O’ama = panggil bapa
4. O’ono = panggil anak
5. O’akhi = panggil adik
6. Oga’a = panggil kakak
7. okudo = jadikan kudamu
8. obadagahe =
jadikan sepatumu
9. obaru = jadikan bajumu
10.
okureta = jadikan sepedamu
- Bila mengawali kata bilangan, maka dapat berarti bagi.
Contoh :
Odua = bagi
dua Otölu = bagi tiga
Olima = bagi lima Ofulu
= bagi sepuluh
- Bila mengawali kata benda yang berasal dari sifat, maka dapat berarti berpura-pura seperti.
Contoh :
1. Osabölö =
berpura-pura seperti orang kuat
2. Ositebai =
berpura-pura seperti orang lemah
3. Osolofo =
berpura-pura seperti orang lapar
4. Osabuso =
berpura-pura seperti orang kenyang
5. Osowöhö =
berpura-pura seperti orang gila
Awalan o- masih dapat diawali oleh awalan lain seperti awalan pelaku dan
awalan lainnya, sehingga menghasilkan awalan ganda.
Contoh :
- ta’olikhe = kita anggap seperti lidi
- ta’olae = kita anggap selebar dau pisang
- ni’osowöhö = dilakukan seperti orang gila
- mangosonekhe = berlaku seperti orang pintar
- mangosatulö = bersifat seperti orang saleh atau munafik
- mu’oduawinaeta = dibuat menjadi dua lapis
- ni’ohulayo = yang dibuat seperti segitiga
- ni’obögi = dibuat seperti kelelawar bergantung
- ni’osabölö = dibuat seperti orang kuat
- sangosatulö = orang yang berpura-pura saleh (munafik)
- ta’okudo = kita jadikan kuda kita
- mi’okudo = kalian jadikan kuda kalian
Dan masih banyak lagi contoh lain
yang dapat dibuat untuk awalan ganda pada awalan o- tersebut. Seperti pada
pokok berikut ini.
15
AWALAN GANDA
Awalan ganda ada beberapa macam.
Sebelum disatukan: setelah
disatukan : contoh
01. ma– fa- :
mama- : törö = mamanörö
02. ma– fo- : mamo- : sinema = mamosinema
03. ma- fe- : mame- : mondri = mamemondri
04. mu- fa- : mufa- : törö = mufanörö
05. mu- fo- : mufo- : sinema = mufosinema
06. mu- fe- : mufe- : mondri = mufemondri
07. sa- fa- : sama- : törö = samanörö
08. sa- fo- :
samo- : sinema
= samosinema
09. fa- fa- : fama- : törö = famanörö
10. fa- fo- : famo- : sinema = famosinema
11. fa- fe- : fame- : mondri = famemondri
12. ni- fa- : nifa- : törö = nifanörö
13. ni- fe- : nife- : manga = nifemanga
14. ni- fo- : nifo- : sinema = nifosinema
15. mo- fa- : mowa- : tefe = mowatefe
16. fa- mo- : famo- : sinema = famosinema
17. sa- fe- : same- : mondri = samemondri
18. fa- fe- : fame- : mondri = famemondri
Contoh:
01.
törö = lewatlah
→ fanörö = bawa jalan-jalan → mamanörö = membawa jala-jalan.
02.
sinema = penerimaan → fosinema = beri penerima-an →
mamosinema = memberi penerimaan (memberi sesuatu penghormatan)
03.
mondri = mandi → femondri = mandikan → mamemondri =
memandikan
04.
törö = lewatlah → manörö = jalan-jalan → mufanörö → =
dibawa jalan-jalan
05.
sinema = penerimaan → mosinema = menerima penghormatan
→ mufosinema = diberi penghormatan
06.
mondri = mandi → femondri = mandikan → mufe-mondri =
dimandikan
07.
törö = lewatlah → fanörö = bawa jalan-jalan → samanörö
= yang membawa jalan-jalan
08.
sinema = penghormatan → mosinema = menerima penghormatan
→ samosinema = yang memberi penghormatan
09.
törö = lewatlah → manörö = jalan-jalan → famanörö = hal
membawa jalan-jalan
10.
sinema = penghormatan → mosinema = menerima
penghormatan → famosinema = hal menerima penghormatan
11.
mondri = mandi → femondri = mandikan → famemondri = hal
memandikan
12.
törö = lewatlah → fanörö = bawa jalan-jalan → nifanörö
= yang dibawa jalan-jalan
13.
manga = makan → femanga = beri makan → nifemanga = yang
diberi makan
14.
sinema = penghormatan → fosinema = beri peng-hormatan →
nifosinema = yang diberi penghormat-an
15.
tefe = siram → fatefe = bersiram → mowatefe =
bersiraman
16.
sinema = penghormatan → fosinema = beri penghormatan →
famosinema = hal memberi peng-hormatan
17.
mondri = mandi → femondri = mandikan → samemondri =
yang memandikan
18.
mondri = mandi →
femondri = mandikan → famemondri = hal memandikan
Arti setiap awalan rangkap.
mama- =
melakukan suatu kegiatan atas kegiatan
mamo- =
melakukan suatu kegiatan atas suatu hal
mame- =
melakukan suatu kegiatan atas suatu kegiatan
mufa- =
dilakukan suatu kegiatan atas kegiatan
mufo- =
dilakukan suatu kegiatan atas kegiatan
mufe- =
dilakukan suatu kegiatan atas kegiatan
sama- =
yang melakukan kegiatan atas kegiatan
samo- =
yang melakukan kegiatan atas kegiatan
fama- =
hal atas suatu kegiatan
famo- =
hal atas suatu kegiatan
fame- =
hal atas suatu kegiatan
nifa-
= kegiatan yang dilakukan atas kegiatan
nife-
= kegiatan yang dilakukan atas kegiatan
nifo-
= kegiatan yang dilakukan atas kegiatan
mowa- =
saling melakukan (resiprok)
famo- =
hal mealkukan kegiatan atas kegiatan
same- =
yang melakukan kegiatan atas kegiatan
fame- =
hal melakukan kegiatan atas kegiatan
Tetapi dalam kalimat
kadang-kadang mempunyai arti tersendiri.
Contoh :
01. Nifanörö
o’o nirörögai. = Seperti cara melewati lalang dilangkahi.
02. Nifemanga
mao nihene singa. = Seperti cara makan kucing menyusur pinggir.
03. Nifofanö
dalaho i’olotuisi moroi furi. = Seperti cara katak pergi, dia keruhkan di
belakangnya.
04. Nifemondri
mazauwu asala noa manö. = Seperti cara capung mandi, asal sudah saja.
05. Nifamagaya
iraono nida’ida’i. = seperti cara meletakkan bayi dipelan-pelan.
Kesimpulan:
Awalan rangkap nifa-, nife dan nifo- di sini
adalah seperti cara.
Demikian seterusnya.
Ada yang awalan rangkap yang menyatakan
resiprok yaitu awalan rangkap mo- + fa-
menjadi mowa-
Contoh :
- mowabago = saling memukul (berkelahi)
- mowasöndra = berkelahi
- mowa’udu = bertengkar
- mowatefe = bersiraman
- mowabunu = berbunuhan
Awalan rangkap yang menyatakan pemberian sesuatu.
Awalan nifo-
Contoh :
Nifo’ehomo = yang diberi tiang
kaki (rumah)
Nifosagö bulu zaku = yang diberi atap rumbia
Awalan ganda yang diawali awalan pelaku
Awalan ganda masih dapat menerima
awalan pelaku, sehingga kata tersebut memiliki tiga awalan sekaligus.
Contoh : dengan kata dasar kata
kerja
mondri = mandi
Femondri = memandikan
Famemondri = hal memandikan
Ufamemondri = seperti cara memandikan
Akha mifamemondri iraono sawuyu, mihaogöhaogö. =
Biarlah seperti memandikan bayi,
dengan hati-hati.
Contoh : dengan kata dasar kata
benda
baru = baju
fobaru = kenakan baju
famobaru = cara mengenakan baju
öfamobaru = kenakan baju seperti
mengenakan
No öfamobaru ni’owalu nifoadu sibai. =
Anda memasang baju seperti
memasang baju mempelai wanita, dengan sangat indah.
II
SISIPAN
Seperti dalam bahasa Indonesia
kita menemukan sisipan. Demikian juga dalam bahasa daerah Nias kita menemukan
sisipan. Sisipan dalam bahasa daerah Nias ada dua macam yaitu,
- sisipan pada kata kerja
- sisipan pada kata sifat.
1. Sisipan pada kata kerja
Caranya ialah dengan menyisipkan suku kata
yang sama dengan suku kata pertama setelah suku kata peertama. Atau dengan kata
lain seakan-akan menggandakan suku kata pertama. Hasilnya ialah menyatakan
kegiatan yang berulang kali.
Contoh:
Kata kerja : kata kerja bersisipan
1. bunu = bunuh : bubunu = bunuh berulang kali atau banyak
2. bözi = pukul
: böbözi = pukul berulang kali
3. söbi = cabut
: sösöbi = cabut berulang kali
4. halö = ambil
: hahalö = ambil berulang kali
5. sifa = tendang
: sisifa = tendang berulang kali
Bentuk di atas masih dapat
diawali awalan pelaku
Contoh :
1. Ububunu = saya bunuh berulang kali atau banyak
2. öbubunu = engkau membunuh berulang kali atau banyak
3. ibubunu = dibunuhnya berulang kali
4. maböbözi = kami pukul
berulang kali
5. taböbözi = kita pukul berulang kali
6. misösöbi = kalian cabut berulang kali
7. lahahalö = mereka ambil berulang kali
2. Sisipan pada kata sifat
Caranya ialah dengan menyisipkan konsonan g dan vocal yang sama dengan vocal awal dari kata sifat tersebut.
Contoh :
Kata sifat
: kata sifat bersisipan
1. alömö = tenggelam : agalömö = cenderung tenggelam
2. ebua = besar : egebua = cenderung besar
3. ide’ide = kecil : igide’ide = cenderung kecil
4. aitö = hitam : agaitö = cenderung hitam
5. alio = cepat : agalio = cenderung cepat
6. ahou = lambat : agahou = cenderung lamabt
7. aösö = tergesa-gesa : agaösö = cenderung tergesa-gesa
8. oyo = merah : ogoyo = cenderung merah
Jadi kata sifat bersisipan
menyatakan kecenderungan dari kata sifat tersebut.
III
AKHIRAN
Akhiran yang kita temukan dalam
bahasa daerah Nias tidak semudah yang ditemukan dalam bahasa Indonesia dan
lebih rumit serta lebih banyak jumlahnya dibanding dengan akhiran yang terdapat
dalam bahasa Indonesia.
Untuk memudahkan pengenalan akhiran dalam
bahasa daerah Nias, maka kita kelompokkan menurut fungsinya.
- Akhiran –‘ö; -si dan –ni berfungsi berfungsi mengubah kata sifat menjadi kata kerja.
Contoh :
Kata sifat : kata kerja
1. ebua = besar : ebua’ö = besarkan
2. abe’e = keras : abe’e’ö = keraskan
3. alaŵa = tinggi : alaŵa’ö = tinggikan
4. adogo = singkat : adogo’ö = singkatkan
5. afusi = putih : afusi’ö/afusini = putihkan
6. awai = selesai : awaisi = selesaikan
7. aitö = hitam : aitöni = hitamkan
8. oyo = merah : oyoni = merahkan
- Akhiran –ta; -wa; -la; -fa dan -’ö berfungsi mengubah kata kerja bentuk imperative menjadi kata benda.
Contoh :
Kata kerja bentuk imperarative
: kata benda
1. amili = memilihlah : amilita = pilihan
2. angila = melihatlah : angilata = penglihatan; nubuat
3. ogaru = menggalilah : ogaruta = hasil galian
4. angandrö = memintalah : angandröŵa = permintaan
5. ondrali = mengasahlah : ondraliŵa = batu asah
6. ondröni = menghelalah : ondröniŵa = bekas lintasan
7. ame’e = memberilah : ame’ela = pemberian
8. anofu = bertanyalah : anofula = tempat bertanya
9. amawaö = menjuallah : amawaö = jualan
- Akhiran –fö dan –sö berufungsi menyatakan bahwa sesuatu sudah dapat dikerjakan atau selalu dapat dikerjakan. Atau mengubah kata kerja menjadi kata sifat.
Contoh :
Kata kerja :
kata sifat
1. tanö = tanam :
tanöfö = sudah dapat ditanam
2. tegu = larang :
tegufö = sifatnya selalu dilarang
3. limo = tipu :
limofö = sifatnya mudah ditipu
4. bogö = panggang
: bogösö = sifatnya dapat dipanggang
5. bunusö = bunuh : bunusö = sifatnya mudah dibunuh
- Akhiran –tö; -ŵa; -sa dan –lö berfungsi mengubah kata kerja menjadi kata benda.
Contoh :
Kata kerja : kata benda
1. fuli = kembalikan : fulitö
= tempat bertanya atau meminta
tolong atau perlindungan
2. khamö = capai : khamötö = tujuan
3. basi = tuai : basitö = tuaian
4. törö = lewatlah : töröŵa =
lintasan
5. fabago = berkelahi : fabagosa = perkelahian
6. be’e = beri : be’elö = pemberian
7. bu’a = bongkar : bu’alö = rumput bongkaran
- Akhiran –la dan –ŵa, berfungsi mengubah kata sifat menjadi kata benda.
Contoh :
Kata sifat
: kata benda
1. afatö = patah : afatöla = patahan
2. adudu = roboh : adudula = puing-puing
3. ahakhö = aus : ahakhöŵa = keausan; biaya
4. fabali = berpisah : fabaliŵa = persimpangan
- Akhiran –si; -gö; -ö; -i; -isi; -ni dan –ini dapat disepadankan dengan akhiran –kan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
Kata dasar : kata berakhiran
1. awai = selesai : awaisi = selesaikan
2. möna = menang : mönaisi = menangkan
3. kala = kalah : kalaisi = kalahkan
4. tohu = sambung : tohugö = teruskan;
sambungkan
5. oyo = merah : oyoni = merahkan
6. aukhu = panas : aukhuni = panaskan
7. okafu = dingin : okafuini = dinginkan
8. be’e = beri : be’egö = berikan
IV
BENTUK KATA
Bentuk kata berulang dan majemuk
yang dapat kita temukan dalam bahasa Indonesia sudah dibicarakan dalam bagian
pertama. Bentuk kata yang kita bicarakan di sini ialah bentuk kata yang sulit
di-temukan padanannya dalam bahasa Indonesia. Bentuk kata tersebut
adalah sebagai berikut.
- Bentuk kausatif, yaitu bentuk kata kerja yang menyuruh orang lain melakukan kegiatan.
- Bentuk imperative, yaitu bentuk kata kerja yang menyuruh.
- Bentuk kohortatif, yaitu bentuk kata yang mengajak atau mendorong.
- Bentuk optatif, yaitu bentuk kata yang menyatakan peng-harapan.
- Bentuk resiprok, yaitu bentuk kata yang menyatakan kegiatan berbalasan.
- Bentuk refleksif, yaitu bentuk kata yang menyatakan ke-giatan untuk diri sendiri.
- Bentuk yang menyatakan keterangan (tidak ada namanya)
1
BENTUK
KAUSATIF
Bentuk kausatif dibentuk dengan
memberi awalan fa- dan akhiran –‘ö pada kata kerja.
Contoh :
Kata kerja
: bentuk kausatif
1. öli = beli : fa’öli’ö = suruh beli
2. halo = ambil : fahalö’ö = suruh ambil
3. ohe = bawa : fa’ohe’ö = suruh bawa; kirim
Bentuk kausatif masih dapat
diawali oleh awalan pelaku.
Contoh :
1. ufahalö’ö = saya surah ambil
2. ufa’öli’ö = saya suruh beli
3. ifa’ohe’ö = dia kirim
4. mafa’owi’ö = kami suruh tebas
5. tafasura’ö = kita suruh tulis
6. mifabaso’ö = kalian suruh baca
7. lafasasai’ö = mereka suruh cuci
Bentuk kausatif masih dapat
menerima awalan lain.
Contoh :
- mamatunu’ö = menyuruh bakar
- mufatunu’ö = disuruh bakar
- sama’öli’ö = orang yang menyuruh beli
- nifa’ohe’ö = yang dikirim
Bentuk kausatif dapat juga diberi
akhiran pelaku
Contoh :
- nifa’öli’ögu = yang saya suruh beli
- nifa’öli’öu = yang anda suruh beli
- nifa’ohe’önia = yang dia kirim
- nifahalö’öda = yang kita suruh ambil
- nifabe’egöda = yang kita suruh beri
- nifa’ohe’ömi = yang kalian kirim
- nifa’öli’öra = yang mereke suruh beli
2
BENTUK
IMPERATIF
Dalam bahasa daerah Nias
ditemukan kata keraja bentuk imperative, yaitu bentuk menyuruh. Bentuk
imperative dalam bahasa daerah Nias dibentuk dengan awalan a- atau awalan o- pada
kata kerja sesuai dengan sifat kata kerja tersebut menerima vocal.
Contoh :
Kata kerja : kata kerja bentuk imperative
1. bözi = pukul
: amözi = memukullah
2. bözini = sapu : amözini = menyapulah
3. öli = beli : owöli = membelilah
4. rino = masaklah : ondrino = memasaklah
5. sura = tulis : anura = menulislah
6. baso = baca : ombaso = membacalah
Bahkan dalam bahasa daerah Nias
terdapat kata kerja yang bentuk primernya hanya terdapat dalam bentuk
imperative.
Contoh :
1. angai = mengambillah
2. anöi = memanjatlah
3. oloi = larilah
4. olokhoi = menjemurlah
Selanjutnya bentuk imperative ini
dapat pula diawali oleh beberapa awalan pelaku.
Contoh :
1.
mi’amözini = menyapulah kalian
2. ta’amözini = menyapulah kita
- BENTUK KOHORTATIF
Dalam bahasa daerah Nias terdapat
bentuk kata kerja ajakan atau bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu kegiatan
dan dapat disebut kata kerja bentuk kohortatif.
Cara pembentukannya ada dua
macam.
1. Dengan
memberikan awalan da- pada kata
kerja yang sudah diawali dengan awalan
pelaku.
2. Dengan
menaruh kata akha di muka kata
kerja.
Contoh yang memakai awalan da-
- da’uhalö = biarlah saya ambil
- damofanö ita = marilah kita pergi
- damöi ami ba fasa = biarlah kalian pergi ke pasar
- damirino göda = biarlah kalian memasak makanan kita
- dalabözini zalo = biarlah mereka menyapu lantai
Contoh yang memakai kata akha di depan kata kerja
1. akha uhalö = biarlah saya ambil
2. akha mofanö ita = biarlah kita pergi
3. akha möi ami ba fasa = biarlah kalian
pergi ke pasar
4. akha mirino göda = biarlah kalian memasak makanan kita
5. akha labözini zalo = biarlah mereka menyapu lantai
- BENTUK OPTATIF
Bentuk optatif adalah bentuk yang
menyatakan pengharapan. Bentuk ini dibentuk dengan memberi awalan ya- pada kata sifat.
Contoh :
Kata sifat : bentuk optatif
1. alaŵa = tinggi : ya’alaŵa = semoga tinggi
2. atulö = lurus
: ya’atulö = semoga lurus
3. aro = teguh :
ya’aro = semoga teguh
4. sökhi = baik : yasökhi = semoga baik
5. anau = panjang
: ya’anau = semoga panjang
Awalan ya- (awalan optatif) ini dapat juga mengawali kata benda abstrak
dan dapt diterjemahkan dengan “semoga menjadi.”
Contoh :
1. Yasumangemö ndra’aga.
Semoga kami menjadi penghormatanmu.
2. Yalakhömiu ndra’aga.
Semoga kami menjadi kemuliaanmu
Dapat pula mengawali kata kerja
berawalan pelaku.
Contoh :
- Yalasuno ndra’ugö niha.
Semoga orang
memuji engkau
- Ya’itolo’ö So’aya.
Semoga Tuhan
menolongmu
5
BENTUK RESIPROK
Dalam bahasa daerah Nias ditemukan
bentuk kata kerja resiprok, yaitu bentuk kata kerja berbalasan. Pembentukannya
ialah dengan menaruh awalan ganda pada kata kerja, yaitu awalan mo- dan awalan fa-. Tetapi awalan fa- berubah
menjadi awalan wa-
Prosesnya sebagai berikut.
tebu = lempar
fatebu
= dapat melempar
mowatebu = saling melempar
Contoh resiprok:
1. mowatezu = saling meninju
2. mowatefe = saling menyhiram
3. mowabago = saling memukul
4. mowatöngö = saling menatap
5. mowa’usu = saling menggigit
6 BENTUK REFLEKSIF
Bentuk refleksif yaitu bentuk
kegiatan untuk diri sendiri. Cara pembentukannya ialah dengan menaruh awalan
pelaku dan akhiran pelaku yang sama atau kata ganti orang yang sama sesudah
kata kerja.
Contohnya:
- Usukhudo atau usukhu ndra’o. = Saya menyisir diriku sendiri.
- Isukhu ia = Dia menyisir dirinya sendiri.
- Ösukhu’ö atau Ösukhu ndra’ugö = Engkau menyisir diri-mu sendiri.
- Masukhuga atau masukhu ndra’aga = kami menyisir diri kami sendiri.
- Tasukhu ita = Kita menyisir diri kita sendiri
- Misukhu ami = Kalian menyisir diri kalian.
- Lasukhu ira = mereka menyisir diri mereka sendiri.
7 BENTUK YANG MENYATAKAN
KETERANGAN
Sungguh bentuk ini sulit kita
menemukan istilahnya atau namanya. Oleh sebab itu kita namakan saja dia dengan
“Bentuk yang me-nyatakan keterangan,”
karena fungsinya memang demikian. Bentuk ini masih terbagi dua yaitu
Pertama, bentuk yang menyatakan
keterangan sifat.
Kedua, bentuk yang menyatakan
keterangan kegiatan.
Pertama.
Dibentuk dengan mengobah awalan fa’a- menjadi wa’a-. Prosesnya sebagai
berikut.
Fa’asökhi (kecantikan) menjadi
Wa’asökhi (begitu cantik).
Fa’alaŵa (ketinggian) menjadi
Wa’alaŵa (begitu tinggi).
Contoh :
- Wa’asökhi galawe da’ö. = Begitu cantik perempuan itu.
- Wa’asökhi li niha da’ö. = begitu merdu suara orang itu.
- Wa’alio gaheu tebai ukhamö. = begitu cepat langkahmu, tidak dapat saya ikuti.
- Wa’ahou ndra’ugö, andrö mofanöga. = Anda begitu lambat, maka kami pergi.
- Wa’ebua nomo da’ö, mane göfa. = Begitu besar rumah itu, seperti kapal.
Kedua.
Bentuk yang menyatakan keterangan
kegiatan.
Prosesnya sebagai berikut.
tibo’ö = buang
anibo’ö = membuanglah
anibo’ögö = buang segera atau sambilkan buang
badu = minum
amadu = meminumlah
amadu’ö
= minum segera atau sambilkan minum
Pembentukannya ialah menaruh
akhiran –ö atau –gö pada kata kerja bentuk imperative. Akhiran –gö berlaku pada kata kerja yang berhuruf akhir ‘ö.
Contoh :
01. angai’ö
= segera ambil atau sambilkan ambil.
02. owöli’ö
= segera beli atau sambilkan beli
03. ondröni’ö
= segara cabut atau sambilkan cabut
04. anunu’ö
= segera bakar atau sambilkan bakar
05. emanga’ö
= segera makan atau sambilkan makan
06. oleŵa’ö
= segera potong atau sambilkan potong
07. anuli’ögö
= segera tolak atau sambilkan tolak
08. anöla’ögö
= segera lobangi atau sambilkan melobang
09. anasai’ö
= segera cuci atau sambilkan mencuci
10. amini’ögö
= segera sembunyikan atau sambilkan menyembunyikan.
Bentuk di atas masih dapat
diawali lagi dengan awalan pelaku.
Contoh:
- u’owöli’ö = saya segera beli atau sambil saya beli.
- ö’owöli’ö = engkau segera beli atau sambil engkau beli.
- I’owöli’ö = dia segera beli atau sambil dia beli.
- ma’owöli’ö = kami segera beli atau sambil kami beli.
- ta’owöli’ö = kita segera beli atau sambil kita beli.
- mi’owöli’ö = kalian segera beli atau sambil kalian beli.
- la’owöli’ö = mereka segea beli atau sambil mereka beli.
║
BAGIAN KETIGA
BENTUK KALIMAT
║
I KALIMAT BERITA
Kalimat berita dalam bahasa
daerah Nias memakai bentuk inversi, yaitu predikat mendahului subjek. Jadi
susunannya (polanya) ialah
predikat - subjek -
objek
1. Bila predikatnya kata kerja, maka dimulai dengan kata kerja.
Contoh :
Predikat -
subjek - objek
1. Möi ndra’odo ba fasa
2. Möi ndra’ugö ba fasa
3. Möi ia ba fasa
4. Möi ndra’aga ba fasa
5. Möi ita ba fasa
6. Möi ami ba fasa
7. Möi ira ba fasa
Bandingkan dengan bahasa Indonesia, yang
selalu dimulai
Dengan subjek, walaupun dapat juga dimulai
dengan Predikat.
Subjek
- Predikat -
objek
1. Saya pergi ke pasar
2. Engkau pergi ke pasar
3.
Dia pergi ke pasar
4. Kami pergi ke pasar
5. Kita pergi ke pasar
6. Kalian pergi ke pasar
7. Mereka pergi ke pasar
Subjek yang terdiri dari kata
ganti orang sebagai kata benda, berada pada posisi kata benda bentuk kedua.
Bentuk pertama Bentuk kedua
Ya’odo - ndra’odo
Ya’ugö - ndra’ugö
Ya’ia - ia
Ya’aga - ndra’aga
Ya’ita - ita
Ya’ami
- ami
Ya’ira - ira
Tetapi ada di antaranya yang
memakai akhiran pelaku yaitu
1. Möido ba fasa = Saya pergi
ke pasar
2. Möi’ö ba fasa = Engkau
pergi ke pasar
3. Möiga ba fasa = Kami pergi
ke pasar
Namun demikian, dapat juga
kalimat berita ini dimulai dengan subjek. Tetapi kalau itu terjadi, maka
maksudnya ialah penegasan atau pernyataan.
Contoh :
Ya’odo, möi ba fasa, ya’ia, möi
ba zekola.
Saya pergi ke pasar, tetapi dia
pergi ke sekolah
Dalam kalimat seperti ini Subjek
berada pada posisi kata benda bentuk pertama dan harus memakai koma sebagai
tanda per-nyataan.
Contoh:
- Ya’odo, möi ba fasa. = Saya pergi ke pasar
- Ya’ugö, möi ba fasa. = Engkau pergi ke pasar.
- Ya’ia, möi ba fasa. = Dia pergi ke pasar
- Ya’aga, möi ba fasa = Kami pergi ke pasar.
- Ya’ita, möi ba fasa = Kita pergi ke pasar.
- Ya’ami, möi ba fasa = Kalian pergi ke pasar.
- Ya’ira, möi ba fasa = Mereka pergi ke pasar.
Memang diakui bahwa dalam bahasa
Indonesia tidak ada koma setelah subjek. Tetapi dalam bahasa daerah Nias harus
ada koma. Contoh yang lebih jelas adalah dalam kalimat berikut.
Ya’odo, ya’ugö, ya’ia ba ya’ira
möi ba fasa = Saya, engkau, dia dan mereka pergi ke pasar.
Dengan demikian, penulisan koma dalam
kalimat bahasa daerah Nias sangat menentukan. Bahkan dapat dikatakan koma dapat
dipakai untuk memisahkan frasering atau penekanan dalam kalimat.
2. Bila predikatnya kata sifat, maka tetap predikatnya mendahului
subjek.
Contoh :
1. Afuo ndra’odo me no = Saya kurus dulu.
2. Afuo ndra’ugö me no = Anda kurus dulu.
3. Esolo ia iada’a = Dia gemuk sekarang.
4. Ahou ndra’aga menewi = Kami terlambat kemarin.
5. Alio ia ma’ökhö = Kita cepat hari ini.
6. Alio ami menewi = Kalian cepat kemarin.
7. Ahou ira we’aso = Mereka terlambat datang.
Sama seperti sebelumnya, bahwa
ada juga di antaranya yang memakai akhiran pelaku, walaupun predikatnya bukan
kata kerja melainkan kata sifat.
Contoh :
1. Afuodo iada’a = Saya kurus sekarang.
2. Esolo’ö iada’a = Anda gemuk sekarang.
3. Ahouga wofanö = Kami berangkat terlambat.
Akhiran pelaku seperti ini, hanya
berlaku untuk orang pertama tunggal; orang kedua tunggal dan orang pertama
jamak inklusif (kami). Sedangkan untuk kata ganti orang di luar itu tidak
berlaku akhiran pelaku.
Subjek dapat juga lebih dulu,
walaupun predikatnya kata sifat, bila bermaksud memberi pernyataan.
Contoh :
- Ya’ugö, ya’odo ba ya’ia esolo = Anda, saya dan dia gemuk.
- Ya’ia, ya’ugö ba ya’odo adogo-dogo = Dia, anda dan saya pendek.
II KALIMAT TANYA
Untuk kalimat tanya, selalu
didahului oleh kata ganti tanya. Kata-kata ganti tanya dalam bahasa daerah Nias
adalah sebagai berikut.
1. Hadia = Apa
2. Haniha = Siapa
3. Hadauga =
Berapa orang
4. Hana = Mengapa
5. Ha’uga = Berapa
6. Hewisa = Bagaimana
7. Heza/hezo =
Kemana/dimana
8. Hamega = Kapan (menanyakan yang lewat)
9. Hawa’ara =
Kapan (menanyakan yang akan
datang)
Ada pula kata ganti tanya yang menanyakan
berapa (ha’uga) bergabung dengan kata sifat.
Contoh :
- Ha’uga wa’ara menjadi hawa’ara.
- Ha’uga wa’alaŵa menjadi hawa’alaŵa.
- Ha’uga wa’ebolo menjadi hawa’ebolo
- dst.
Pola kalimatnya sebagai berikut.
Kata tanya - objek pertanyaan
Contoh :
1. Hadia
so göda bago khöu? = apakah ada tembakaumu
untuk kita makan?
2. Haniha zi möi ba fasa? = Siapa yang
pergi ke pasar?
- Hadauga zofanö mahemolu? = Berapa orang yang berangkat besok?
- Ha’uga ngawua ö’ohe mbania? = Berapa buah kelapa anda bawa?
- Hana wa me’e nono da’? = Mengapa anak itu menangis?
- Hamega tohare domeda? = Kapan tamu kita tiba?
- Hamega tohare namada? = Kapan ayah (kita) tiba?
- Heza möi ninada? = Kemana ibu pergi?
- Heza so zibayada? = Dimana paman berada?
- Hawa’ara tohare domeda? = Kapan akan tiba tamu kita?
- Hawa’alaŵa döla nohi da’ö? = Berapa tingginya batang kelapa itu?
- Hawa’ebolo nowimö = Berapa luas ladangmu?
- Hadia so ndra’ugö yomo mahemolu? = Apakah anda ada di rumah besok?
- Hadia mamahaö guruda mege ba zekola? = Apakah guru kita mengajar tadi di sekolah?
- Hadia so gi’a mege ba fasa? = Apakah ada ikan tadi di pasar?
- Ha’uga mböli ga’e da’a? = Berapa harga pisang ini?
- Hawa’aröu tö nomomi ba da’e? = Berapa jauh lagi rumah kalian dari sini?
III KALIMAT MENIDAKKAN
Kalimat menidakkan dalam bahasa
daerah Nias terbagi dua yaitu
Pertama, kalimat yang menyatakan tidak.
Kedua, kalimat yang menyatakan belum.
Kalimat yang menyatakan tidak
masih terbagi dua yaitu
Pertama, kalimat yang menyatakan
tidak yang predikatnya kata kerja.
Kedua, kalimat yang menyatakan tidak yang
predikatnya kata sifat.
Pertama, Kalimat yang menyatakan tidak.
1. Kalimat yang menyatakan tidak
yang predikatnya kata kerja, masih dibagi dua yaitu
1.1. yang kata kerjanya tanpa
awalan
Contoh :
a. Lö möi ndra’o ba fasa = Saya tidak
pergi ke pasar.
b. Lö möi ia ba fasa = Dia tidak
pergi ke pasar.
c. Lö möi ira ba fasa = Mereka tidak
pergi ke pasar.
1.2. yang kata kerjanya berawalan
Contoh :
- Lö manasado nukha börö moteu = Saya tidak mencuci kain karena hujan.
- Lö usasai nukha börö moteu = Saya tidak cuci kain karena hujan.
- Lö manasa nukha ira börö moteu = Mereka tidak mencuci kain karena hujan.
- Lö lasasai nukha börö moteu = mereka tidak cuci kain karena hujan.
2. Kalimat menidakkan yang
predikatnya kata sifat.
Contoh :
a. Lö afuo ia = Dia tidak kurus
b. Lö esolo ira = mereka tidak gemuk
c. Lö alaŵa ami =
Mereka tidak tinggi
d. Lö alio ira = Mereka tidak cepat
e. Lö ara ndra’odo = Saya tidak lama
Kedua, kalimat yang menyatakan belum
1.
Kalimat bentuk ini didahului oleh kata
a.
Lö ni- (kata kerja)
b.
Lö sa- (kk pelaku)
c.
Lö so- (kk pelaku)
d.
Lö si (k.sandang)
Contoh :
- Lö nihalögu fayou = Saya belum ambil payungmu.
- Lö nibözinia ya’ugö = Dia belum memukul kamu.
- Lö samözini ami ma’ökhö = Kalian belum menyapu hari ini.
- Lö safatö geu da’ö = Kayu itu belum patah.
- Lö sondrino ia = Dia belum memasak
- Lö si möi ira ba nowi = mereka belum pergi ke ladang.
Tetapi bila Lö diikuti oleh kata kerja berawalan pelaku, maka ia menyatakan tidak akan.
Contoh :
- Lö uhalö wayou = Saya tidak akan ambil payungmu.
- Lö ibözi’ö = Dia tidak akan memukulmu.
- Lö larino gö = mereka tidak akan masak makanan
Bila kata lö langsung diikuti kata sifat, berarti “tidak.”
Contoh :
- Lö adudu nomo da’ö = Rumah itu belum hancur
- Lö mofökhö niha da’ö = Orang itu tidak sakit
- Lö atua ia = Dia tidak tua
Bandingkan bila Lö diikuti kata sifat yang berawalan s, berarti “belum.”
- Lö sadudu nomo da’ö = Rumah itu belum hancur.
- Lö sofökhö niha da’ö = Orang itu belum sakit.
- Lö satua niha da’ö = orang itu belum tua
IV KALIMAT AKTIF
Kalimat aktif (kalimat pelaku)
terdapat dalam bahasa daerah Nias dan cukup jelas.
Kalimat aktif dalam bahasa daerah
Nias terdiri dari
- Kalimat aktif yang kata kerjanya berawalan ma- atau mo-.
- Kalimat aktif yang kata kerjanya didahului oleh kata “lau” yang berawalan pelaku dan kata kerjanya berawalan ma- atau mo-
1. Contoh yang berawalan ma- atau mo-
- Manasa nukha ndra’odo = Saya mencuci kain.
- Manila eu ndra’odo = Saya membelah kayu
- Manutu fakhe ia = Dia menumbuk padi
- Mondrino fakhe ami = Kalian menanak nasi
Polanya ialah
Kata
kerja berawalan ma-/mo- - Objek
- subjek
Kadang-kadang juga kata kerjanya
berakhiran pelaku.
Contoh :
- Maneudo banio = Saya memetik kelapa
- Mombaso’ö buku = Engkau membaca buku
- Manasaga nukha = Kami mencuci kain
- Mowölido i’a = Saya membeli ikan
2. Contoh kalimat aktif yang k.
kerjanya didahului oleh “lau.”
a. Ulau moleŵa lewuö = Saya memotong bambu.
b. Ilau mowöli i’a = dia membeli ikan.
c. Ölau manila lewuö = Engkau membelah bambu.
d. Talau mamözini salo = Kita menyapu
lantai.
e. Malau mangehaogö omo = Kami
membersihkan rumah.
f.
Milau manasa nukha = Kalian mencuci kain.
g. Lalau mondrino fakhe = Mereka memasak
nasi.
V KALIMAT PASIF
Dalam bahasa daerah Nias terdapat
juga kalimat pasif (kalimat tanggap), walaupun tidak sejelas kalimat pasif
dalam bahasa Inggris.
Contoh :
Bahasa Inggris : The fish is bought by him.
Bahasa Indonesia : Ikan
dibelinya.
Bahasa Nias : I’öli gi’a.
Jadi dalam bahasa daerah Nias
sangat sederhana polanya, yaitu kata kerja berawalan pelaku dan objek.
Contoh :
- Ubaso mbuku = Saya baca buku
- Öhalö mbuku = Kau mabil buku
- Ibözini zalo = Disapunya lantai
- Masasai nukha = kami cuci kain
- Ta’eŵa geu = Kita potong kayu
- Mi’owi ndru’u = Kalian potong rumput
- Larino wakhe = Mereka menanak nasi
VI KALIMAT PERINTAH
Kalimat perintah dalam bahasa
daerah Nias didahului oleh kata-kata berikut ini.
1. Ae = Pergilah;
Lakukanlah (untuk orang ke 2 tunggal)
2. Mi’ae = Pergilah; Lakukanlah (untuk orang ke 2 jamak)
Contoh :
- Ae öli roko ba lafo = Belilah rokok di warung.
- Mi’ae mi’öli roko ba lafo = Kalian belilah rokok di warung
- Ae halö nidanö = Ambillah air.
- Mi’ae mihalö nidanö = Kalian ambillah air.
Sering Penyuruh menambahkan
akhiran kepunyaan pada objek.
Contoh :
- Ae öli rokoda ba lafo = Belilah rokok (kita) di warung.
Akhiran –da di sini hanya sekedar menyatakan
keakraban atau mengurangi keakuan dan bukan berarti harus rokok mereka. Sebab
lebih akrab dan mengurangi keakuan bila mengatakan “Ae öli rokoda” dari pada
“Ae
öli rokogu.”
- Mi’ae mi’öli öda gi’a ba fasa = Membeli ikanlah kalian untuk makanan kita (terjemahan harafiah). Tetapi maksud sebenarnya adalah “Pergilah kalian membeli ikan di pasar. Kata “öda” (untuk makanan kita) di sini hanya sekedar kesolideran.
Dapat juga diawali dengan kata “lau” yang diikuti oleh kata kerja
bentuk imperative.
Contoh :
- Lau anunö khöda = Silakanlah bernyanyi
- Lau anasa = Silakan mencuci
Dapat juga kata “lau” diikuti oleh kata kerja berawalan
ma- atau mo-.
Contoh :
- Lau manunö = bernyanyilah
- Lau mondrino = memasaklah
- Milau manasa = mencucilah kalian
- Milau mondrino = memasaklah kalian
VII KALIMAT PERMOHONAN
Dalam bahasa daerah Nias, kalimat
permohonan sangat mirip dengan kalimat ajakan. Kalimat permohonan ini ada dua
macam yaitu Kalimat yang mempergunakan kata “akha” dan kalimat yang mempergunakan kata kerja berawalan da-.
- Akha mihalö gara ba nidanö = Biarlah kalian ambil batu di sungai.
- Damihalö gara ba nidanö = Biarlah kalian ambil batu di sungai.
- Akha mi’öli gi’a ba fasa ma’ifu = Biralah kalin beli ikan di pasar. (kata “ma’ifu” di sini bukan berarti sedikit, tetapi menunjukkan permohonan).
- Da’utörö ma’ifu. = Izinkanlah saya lewat.
- Damatötö ua. = Biarkanlah kami lewat.
- Dalatörö ua. = Biarkanlah mereka lewat.
- Da’itörö ua. = Biarkanlah dia lewat.
Selain awalan da-, dapat pula didahului oleh kata aine (marilah); mi’aine (marilah kalian); mitabu
(mengikutlah kalian) dan talabu
(marilah ikut sama-sama).
Contoh :
1. Aine möi ita ba fasa = Mari kita ke pasar.
2. Mi’aine, möi ita ba fasa = Marilah kita sama-sama pergi ke
pasar.
- Mitabu, möi ita ba fasa. = Mari, ikut sama-sama pergi ke pasar.
- Talabu, möi ita ba fasa. = Mari, ikut sama-sama pergi ke pasar.
VIII KALIMAT MELARANG
Kalimat melarang dalam bahasa
daerah Nias didahului oleh kata “Böi”
(jangan) dan “Tebai” (tidak boleh
atau dilarang).
Kalimat melarang tersebut dapat
dibagi dua yaitu
- Yang mempergunakan kata kerja bentuk imperative.
- Yang tidak mempergunakan kata kerja bentuk imperative.
Contoh yang mempergunakan kata
kerja bentuk imperative.
1. Böi anagö = Jangan mencuri
2. Böi anöi = Jangan memanjat
3. Böi mi’ohorö = Jangan kalian
berzinah
4. Böi mitörö = Jangan lewat
5. Böi mifabago = Jangan kalian
berkelahi
6. Tebai moroko ba da’e =
Dilarang merokok di sini.
7. Tebai manasa ba da’a = Dilarang mencuci di sini.
8. Tebai fahuhuo ba da’a =
Dilarang bercakap di sini
9. Tebai fawude ba da’e =
Dilarang bermain-main di sini.
Contoh yang tidak mempergunakan
kata kerja imperative.
- Böi öli gia = Jangan beli ikan
- Tebai mu’obö geu ba da’e = Di sini dilarang menebang kayu.
- Tebai muteu mbanio ba deu = Tidak boleh memetik kelapa pada waktu hujan.
- Böi sa’ae fa’öli’ö roko = Jangan lagi suruh beli rokok.
- Böi faseŵa’ö nomo da’ö ba niha bö’ö = Jangan sewakan rumah itu kepada orang lain.
IX KALIMAT LANGSUNG
DAN TIDAK LANGSUNG
Kalimat langsung dalam bahasa
daerah Nias didahlui oleh kata-kata berikut.
1. Umane = Saya berkata
2. Ömane = Engkau berkata
3. Imane =
Dia berkata
4. Mamane = kami berkata
5. Tamane = Kita berkata
6. Mimane = Kalian berkata
7. Lamane = Mereka berkata
Contoh :
- Imane, “Böi miförö.” = Dia berkata : “Kalian jangan tidur.”
- Lamane, “Mi’ae ba walöŵa mahemolu.” = Mereka berkata: “Datanglah ke pesta besok.”
- Umane khöra, “Böi mitibo’ö zasao furi nomo.” = Saya ber-kata kepada mereka: “Jangan buang sampah di belakang rumah.”
Cara lain ialah dengan menaruh
kata iŵa’ö dan laŵa’ö pada akhir kalimat.
Contoh :
- “Böi mihöhöli wangandrö,” iŵa’ö. = “Jangan berhenti berdoa,” katanya.
- “Böi sa’ae mitibo’ö zasao furi nomo,” laŵa’ö. = Jangan lagi kalian buang sampah di belakang rumah,” kata mereka.
- “Mi’ae ba fasa,” iŵa’ö amada = “Pergilah ke pasar,” kata ayah.
- “Mi’ae ba walöŵa,” laŵa’ö. = “Pergilah ke pesta,” kata mereka.
Kalimat tidak langsung dapat
dibentuk dengan cara memulai kalimat itu dengan kata-kata pengharapan seperti
1.
akha =
biarlah
2.
awalah ya-
3.
awalan da-
Contoh:
- Akha möi ita ba zekola, laŵa’ö ira guru.
Biarlah kita
pergi ke sekolah, kata guru-guru.
- Data’owi newalida zamösana, iŵa’ö salaŵa.
Biarlah kita
memotong rumput di pekarangan kita masing-masing, kata kepala desa.
- Yalö aefa ami wombaso, iŵa’ö amada guru.
Janganlah
berhenti membaca, kata bapak guru.
Cara lain yaitu memulai dengan
“imane” atau “lamane.”
Contoh :
- Imane khöda, yatabato sa’ae wamaisa. = Dia berkata, biarlah kita berhenti main judi.
- Lamane, databato wamadu tuo = Mereka berkata, biarlah ktia behenti minum tuak.
Perbandingan:
Kalimat langsung :
Kalimat tidak langsung
- Imane amada guru, “Mibato : 1. Imane amada guru, akha
ua wawudesa,
me no awai. tabato ua wawudesa,
me
gintötö
wawudesa. no awai
ginötö wawudesa.
- Lamane ira inada andrö, : 2. Lasofu ira inada andrö, na
“Heza so nomo
zalaŵa?” heza so nomo zalaŵa.
X
KALIMAT MAJEMUK
Kalimat majemuk dapat ditemukan
dalam bahasa daerah Nias. Kalimat majemuk tersebut dihubungkan dengan kata
01. ma = atau
02. ba = dan
03. ilau i = melainkan dia
04. lö na’i = bahkan tidak
05. me = ketika
06. oi = semua
07. wa = bahwa
08. heŵa’ae = walaupun
09. lö sa’atö = namun tidak
10. hiza/ba hiza = tetapi
11. gasa-gasa = sementara
12. fatua = sementara
13. … sa’atö … = …
juga …
Contoh kalimat setara.
- Ya’o zondra’u manu, ba amagu zanaba. = Saya yang menangkap ayam dan ayahku yang memotong.
- Toröi’ö ba da’e, ba ma fao ndra’ugö khöma? = apakah engkau tinggal di sini atau ikut kami?
- Lö irorogö nakhinia, ilau i fawude = Dia tidak menjaga adiknya, melainkan dia bermain-main.
- Owölö’ölö nakhinia, ba hiza areu ia. = Adiknya rajin, tetapi dia malas.
Contoh kalimat majemuk
bertingkat.
- No iröi manö ndra’aga, lö na’i mangona ia. = Dia meninggalkan kami begitu saja, bahkan dia tidak pamitan.
- Lö i’ila wa no mofanöga moroi furinia = Dia tidak tau bahwa kami sudah berangkat setelah dia pergi.
- No ira’u ndraono sanagö bua zamba, me no i’ila hörönia. = Dia sudah tangkap anak-anak yang mencuri buah jambu, karena dia lihat langsung.
- No ira’u khönia manu asu da’ö, gasa-gasa me lö ya’ia yomo = Anjing sudah tangkap ayamnya, sementara dia tidak ada di rumah.
- Mofanö ia, fatua so ami ba lala. = Dia berangkat sementara kalian dalam perjalanan.
- Hewa’ae moteu, ba tohare sa’atö ia. = Walaupun hari hujan, namu dia datang.
Contoh kalimat majemuk campuran:
- Wa’ato niha ba walöŵa, oi möi zolau maena, sanari ba sifabaluse.
- Ifabu’i khöma wa lö ilau zasao ba ngai nomo, ba aboto sa’ae ba dödönia wa fatimba da’ö, awö wa tola i’a’asogö wökhö na fahöna zasao ba ngai nomo.
- No mofanö zangombakha turia andrö, mato sambua za zi lalö.
- No sa’ae owulo zohalöŵö ba laza, ba wamondrongo lala wananö fakhe si bohou andrö.
- No sa’ae iŵa’ö amada salaŵa wa tebai ladudu mbawi baero.
XI KALIMAT YANG BEREKOR
Dalam kalimat bahasa daerah Nias
ditemukan kalimat yang berekor atau ekor kalimat seperti dalam bahasa Inggris.
Hanya saja dalam bahasa daerah Nias tidak ada pola tertentu seperti dalam
bahasa Inggris.
Contoh :
1. Heza i’otarai, ya’ö?
= Darimana dia, ya?
2. Heza numalö’ö, ya’ö? = Anda mau kemana, ya?
3. Hawa’abölönia, maö?
= Berapa sih kekuatannya?
4. No sa mofanö ia me mahemolu mbanua. = Dia sih sudah berangkat tadi pagi.
5. Ya’ia wö da’ö = Dialah itu.
6. Oida, alimagö, ya’i = Aduh, sayang, ya?
7. Ha tö ya’i ma’ifu tö ia andrö! = Tinggal sedikit lagi dong!
8. Heaza numalö, le? = Mau kemana, ya?
9. Mi’alio’ö le! Ahou ita = Cepat dong,
kita terlambat.
XII FUNGSI AKHIRAN KEPUNYAAN
DALAM KALIMAT
Akhiran kepunyaan dalam kalimat
tidak selamanya berarti menyatakan milik, melainkan sekedar menyatakan rasa
solidaritas. Oleh sebab itu tidak perlu diterjemahkan.
Contoh :
Tohare namada = ayah datang
Amada kalau diterjemahkan secara harafiah ialah ayah
kita. Namun bukan demikian maksudnya. Maksudnya tak lain dan tak bukan
sekedar menunjukkan rasa solidaritas. Dan cara ini dikatakan kepada orang yang
sebaya.
Tetapi bila dikatakan kepada orang yang
lebih tinggi derajatnya, maka kita boleh mengatakan “tohare namagu.” Sebab tidak mungkin dilibatkan orang yang lebih
tinggi derajatnya.
Kalau dikatakan kepada orang yang lebih
rendah derajatnya, maka dapat dikatakan “Tohare
namau.”
Tetapi bila si pembicara
bermaksud menyatakan pemilik, maka ia mengatakan sebagai berikut.
Tohare
namada khöu → yang dia maksud adalah
ayah dari lawan bicara.
Tohare
namada khögu → yang dia maksud adalah ayahnya.
Tohare namada ba khömi → yang dimaksud adalah ayah dari orang-orang
lawannya bicara.
Tohare
namada ba khöra. → yang dimaksud adalah ayah orang-orang lain.
Tohare
namada khönia. → yang dimaksud adalah ayah orang lain.
XIII
FUNGSI “IRA” DAN “NDRA”
DALAM KALIMAT
Ira dan ndra di depan kata benda (orang) tidak diterjemahkan
menjadi mereka atau kepada mereka, karena fungsinya hanya
sekedar menunjukkan jamak.
Contoh :
1. Ira tomeda zi tohare andrö = Para tamu kita yang datang itu.
2. Hiza, no
tohare ndra tomeda = Lihat, para
tamu kita sudah datang.
3. Lö tola
lö’ö möi ndra ina ba walöŵa andrö. =
Para ibu harus datang ke pesta itu.
Perbedaan ira dengan ndra.
Kata ira, memang menunjukkan jamak, tetapi dipergunakan pada subjek dan
tidak didahului oleh kata kerja.
Kata ndra, memang menunjukkan jamak juga, tetapi dipergunakan sebagai
objek atau didahului oleh kata kerja.
XIV KALIMAT YANG MEMAKAI
BENTUK INFINITIF
Dalam bahasa daerah Nias,
terdapat bentuk infinitive. Bentuknya ada dua macam.
1. Kata
kerja berawalan ma- atau mo-.
2. Kata
kerja berawalan mu-.
Contoh .
1. Omasido mana’u idanö. = Saya suka mengangkut
air.
2. Omasido mowöli manu. = Saya suka membeli ayam.
3. Möido mubidi nafo = Saya pergi membuat sirih
4. Möido mu’owai dome = Saya pergi mengucapkan
salam kepada tamu.
5. Lö
omasido molobö eu = Saya tidak suka
menebang kayu.
6. No möido
mufaigi zofökhö = Saya sudah pergi
menengok orang sakit.
7. No möi
ia muba’a nidanö = Dia sudah pergi
menghapang air.
8. Omasido manasa nukha = Saya mau mencuci kain
9. Lö
omasido möi molowi du’u = Saya tidak
mau pergi me-motong rumput.
Kata mufaigi dan muba’a masih dapat dikerutkan.
Mufaigi →
waigi
Muba’a →
mba’a
Jadi dapat
juga dikatakan sebagai berikut.
- No möido waigi zofökhö.
- No möi ia mba’a nidanö.
DAFTAR ISI BUKU
No. : Isi buku
Halaman
01. : Kata pengantar …………………………… 2
02. : Pendahuluan
……………………………… 3
BAGIAN PERTAMA
04. : Pedoman jenis kata yang dipergunakan
…… 7
05. : Kekhususan ejaan bahasa daerah Nias
……. 7
06. : 1
Kata benda (nomina) ……………………. 9
07. : 2
Kata kerja (verba) ………………………. 19
08. : 3
Kata sifat (adiectiva) ……………………. 29
09. : 4
Kata ganti (pronomina) …………………. 33
10. : 5
Kata bilangan (numeralia) ………………. 41
11. : 6
kata keterangan (adverbia) …………….. 46
12. : 7
kata sambung (conuinctio) ……………… 51
13. : 8
kata depan (praepositio) ………………… 54
13. : 9
kata sandang (articula) ………………… 57
14. : 10 Kata seru (interjection) ……………….. 58
15. : Kata
majemuk ……………………………. 59
16. : Kata
berulang ……………………………. 61
17. :
Tekanan kata …………………………….. 66
BAGIAN KEDUA
18. : I Awalan ……………………………………. 69
19. : 1
Awalan pelaku …………………………… 69
20. : 2
Awalan ma- ……………………………… 70
21. : 3
Awalan mo- ………………………………. 80
22. : 4
Awalan fa- ………………………………. 87
23. : 5
Awalan fo- ………………………………. 91
24. : 6
Awalan si- ……………………………… 92
25. : 7
Awalan mu- ………………………………. 93
26. : 8
awalan fe- ………………………………… 97
27. : 9 Awalan te- dan to- …………………………. 97
28. : 10 Awalan ni- …………………………………. 99
29. : 11 Awalan sa- dan so- …………………………100
30. : 12 Awalan fang- …………………………….. 102
31. : 13 Awalan fa’a- ……………………………… 103
32. : 14 Awalan o- ………………………………… 104
33. : 15 Awalan ganda ……………………………. 106
34. : II Sisipan ………………………………….. 111
35. : III Akhiran ………………………………… 113
36. : IV
Bentuk kata …………………………… 116
37. :
1 Bentuk kausatif ………………………… 116
38. :
2 Bentuk imperative
……………………… 118
39. : 3 Bentuk kohortatif ……………………….
119
40. : 4
Bentuk optatif ………………………….. 119
41. : 5
Bentuk resiprok ………………………… 120
42. : 6
Bentuk refleksif ……………………….. 121
43. : 7
Bentuk yang menyatakan keterangan ….
121
Bagian
ketiga
44. : I
Kalimat berita ………………………... 125
45. :
II Kalimat tanya …………………………
128
46. : III Kalimat menidakkan ………………….. 130
47. : IV
Kalimat aktif ………………………….. 132
48. :
V Kalimat pasif …………………………. 133
49. :
VI Kalimat perintah
……………………… 134
50. : VII Kalimat permohonan ………………… 135
51. : VIII Kalimat melarang ……………………. 136
52. : IX Kalimat langsung dan tidak langsung … 137
53. : X Kalimat majemuk …………………….. 139
54. :
XI Kalimat yang berekor ………………… 141
55. : XII
Fungsi akhiran kepunyaan dalam
kalimat ………………………………… 142
56. : XIII Fungsi “ira”
dan “ndra” dalam kalimat 143
57. : XIV Kalimat yang memakai bentuk
infinitive 143
58. : Daftar isi buku ………………………….. 145
59. :
Daftar kepustakaan ……………………….
148
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1.
Asrides,
E.A., Tata Bahasa Inggris
Praktis,
CV Amin Surabaya. Tahun tidak ada
2. Baker,D.L.Dr.,
Siahaan, SM, Sitompul,A.A.Dr.
Pengantar Tata Bahasa Ibrani,
BPK Gunung Mulia Jakarta Thn. 1996
3.
Fries,E.,
LEIFADEN ZUR ELERNUNG de Niassischen,
Missionsdruickerei, Ombölata
September 1915
4.
Nasution,A.Z.,B.A.,
Tata Bahasa Indonesia I,
Monora Medan Thn
1969
5.
Nasution,A.Z.,B.A.,
Tata Bahasa Indonesia II,
Monora Medan. Thn
1973
6.
Ong
Hian Hoey, Yunani-Koine (Tata
Bahasa),
BPK Djakarta. Thn 1957
7.
Poerwadarminta,W.J.,
Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka
Djakarta. Thn 1952
8.
Sundermann.H.,
der Practische Niasser,
Rhein
Missions-druckerei Siantar 1906
9.
Wester,W.Drs.,
Tata Bahasa Iberani,
Perguruan Theologia INTIM
Makasar Thn 1968
10.
SOERA NI’AMONI’Ö (Alkitab
dalam Bahasa Nias, Terjemahan
H.Sundermann),
Cetakan ulang LAI Jakarta Thn 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar